CakNun.com

Cak Nun Menyapa Masa Depan Melalui Maiyah

Sebuah catatan kecil untuk #71TahunCakNun
Fahmi Agustian
Waktu baca ± 8 menit

Salah satu nilai Maiyah yang dipesankan Cak Nun untuk orang tua yang memiliki anak kecil untuk menanamkan 4 hal sejak dini: Aqidah-Akhlak, Disiplin, Akuntansi dan IT. Sebuah rumusan yang belum saya temui dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. Menurut saya ini adalah rumusan yang jangkep dan sangat menjawab tantangan pendidikan anak-anak saat ini.

Aqidah-Akhlak. Poin pertama dari rumusan itu adalah fundamental pendidikan dari pembangunan karakter seorang anak. Cak Nun pernah menyampaikan bahwa di Maiyah, Aqidah adalah sesuatu hal yang mutlak. Maka kita sebagai Jamaah Maiyah pun merasakan betapa nafas Islam begitu kuat di Maiyah. Segitiga Cinta Maiyah adalah sebuah konsep dimana kita menyatukan peran Allah sebagai Tuhan, Rasulullah SAW sebagai Kekasih Allah, dan kita Manusia sebagai Hamba. Benar adanya bahwa Maiyah adalah forum yang egaliter. Maiyah menerima siapa saja untuk hadir, bukan hanya sebagai jamaah, namun juga siapapun saja yang berada di panggung Maiyah, Cak Nun selalu membuka lebar-lebar pintu itu. Tapi Cak Nun tidak pernah melepaskan nafas Islam dari Maiyah itu sendiri.

Kita selalu menyebut dengan istilah: ”Menyapa Allah dan Rasulullah SAW”. Saat kita memulai Maiyahan, selalu kita awali dengan nderes Al Qur`an, kemudian dilanjutkan sholawatan dan wiridan. Yusabbihu lillahi maa fi-s-samaawaati wa maa fi-l-ardhli. Bahwa segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi selalu bertasbih kepada Allah. Maka pada setiap Maiyahan kita melakukan proses ’aktivasi’ tasbih itu.

Di Maiyah, kita tidak lagi mempelajari konsep fikih dasar mengenai bagaimana kita sholat. Tidak ada ujian hafalan rukun Islam dan rukun Iman di Maiyah. Dan pasangan dari Aqidah adalah Akhlak. Kita semua mengetahui bahwa Rasulullah SAW pun menyampaikan saat pertama kali berdakwah bahwa; innama bu’istu liutammima makarima-l-akhlaq. Sudah jelas disitu bahwa tujuan utama dari diutusnya Rasulullah SAW untuk berdakwah adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Karena akhlak adalah sesuatu yang sangat fundamental. Maka Cak Nun pun memiliki rumusan bahwa kebenaran akan harmoni jika dikolaborasikan dengan kebaikan dan dilengkapi dengan keindahan. Benar, baik dan indah adalah sebuah kesatuan. Benar saja itu tidak cukup, ia harus baik sehingga menjadi indah.

Di Kenduri Cinta edisi Mei 2024 beberapa pekan lalu, Habib Ja’far mengelaborasi mengenai hal itu. Bahwa benar saja itu tidak cukup. Ia mencontohkan bahwa yang lebih utama dari kebenaran adalah kejujuran. Itulah turunan dari kebaikan. Sebuah kebenaran jika prosesnya tidak berlandaskan kebaikan, maka tidak akan menghasilkan keindahan. Seorang siswa mengerjakan soal ujian dengan benar, tetapi dengan cara menyontek, tentu tidak akan menghasilkan keindahan pada akhirnya. Ia mungkin bahagia atas kesempurnaan nilai yang ia dapat, tetapi ia tidak merasakan keindahan atas ilmu yang ia pelajari itu.

Bisa jadi, itu juga yang menjadi persoalan pendidikan di Indonesia saat ini, bahwa kejujuran tidak benar-benar ditanamkan sejak dini. Kita bukan hanya belum bisa menormalisasi kegagalan sebagai sebuah proses dari pendidikan pembangunan karakter anak, tetapi juga kita belum bisa benar-benar menanamkan kejujuran sebagai fundamental pendidikan pada anak-anak saat ini.

Bagi saya, nilai dari kejujuran ini bukan hanya bagian dari akhlak, namun juga turunan komponen dari poin ketiga yang dipesankan oleh Cak Nun, yaitu akuntansi. Karena dalam akuntansi ada proses pencatatan, analisis, riset hingga akhirnya menjadi sebuah kesimpulan. Pada akhirnya saya memahami kenapa Cak Nun berpesan agar kita belajar mengenai akuntansi dan juga khususnya diajarkan kepada anak-anak generasi masa depan karena ada poin mengenai mencatat dan analisis. Tidak hanya mencatat atau merekam, melainkan juga menganlisa. Tidak seperti tren netizen pengguna media sosial hari ini, hanya sebatas menulis lalu ditinggalkan begitu saja. Orang yang paham dengan akuntansi tidak bersikap acuh setelah ia menyelesaikan prosesnya, tetapi ia akan selalu menganalisa kembali hasil dari penelitiannya, untuk kemudian akan ia jadikan acuan di masa depan.

Saat kita mendengar kata akuntansi, hampir pasti kita langsung terafiliasi pada angka-angka finansial atau profit and loss. Karena memang kata akuntansi lebih familiar pada pengelolaan keuangan di perusahaan. Namun tentu ada alasan kenapa Cak Nun menekankan pendidikan akuntansi kepada anak-anak sejak dini. Menurut saya, selain tentang melatih kebiasaan untuk bersikap jujur, juga terkandung nilai integritas didalam pendidikan akuntansi itu sendiri. Akuntansi juga melatih sikap tanggung jawab atas sebuah persoalan yang dibebankan.

Lainnya

Topik