CakNun.com
Catatan Kenduri Cinta edisi Juni 2024

Bersetia Kepada Nilai Yang Sudah Diwariskan

Kenduri Cinta
Waktu baca ± 13 menit
Dok. Kenduri Cinta

Jum’at kedua menjadi jadwal reguler gelaran Kenduri Cinta, segala sesuatu yang sudah dipersiapkan di forum Reboan, digelar di Jumat kedua. Bulan Juni selalu menjadi edisi spesial bagi Kenduri Cinta. Jika bulan Mei adalah momen spesial kelahiran Cak Nun, maka untuk bulan Juni adalah momen spesial kelahiran Komunitas Kenduri Cinta. Juni kali ini Kenduri Cinta berusia 24 tahun. Usia perjalanan yang panjang. Jika dibandingkan dengan usia manusia, 24 tahun adalah usia yang sangat matang sebagai manusia dewasa. Usia yang menentukan akan bagaimana langkah selanjutnya.

Begitu pula dengan Kenduri Cinta, 24 tahun berproses melewati berbagai dinamika perjalanan. Turn over jamaah yang hadir sangat tinggi. Jika kita tengok ke belakang, saat Kenduri Cinta digelar di Plaza Halaman Depan Taman Ismail Marzuki, jamaah memenuhi halaman saat itu. Membludak, bahkan area yang tersedia tidak mencukupi untuk menampung jamaah yang hadir pada setiap gelaran Kenduri Cinta. Ada yang sampai duduk menaiki kios ATM, pagar TIM, bahkan menaiki Blambir, Mobil Pemadam Kebakaran yang terparkir di area tersebut. Revitalisasi Taman Ismail Marzuki memaksa gelaran Kenduri Cinta bergeser ke bagian dalam TIM, di depan Plaza Teater Besar. Jeda pandemi Covid-19 pun memberi pengaruh tersendiri, turn over jamaah yang hadir pun terjadi. Beberapa edisi Kenduri Cinta digelar diluar Taman Ismail Marzuki saat itu, karena TIM belum bisa digunakan.

Ketika pada akhirnya Kenduri Cinta dapat kembali digelar di Taman Ismail Marzuki pada bulan Juli 2022 lalu, kita mendapati suasana yang baru. Pun begitu juga dengan jamaah yang hadir. Ada sebuah fenomena yang sangat berbeda dari sebelumnya. Jika pada era tahun 2000-an, mereka yang datang ke Kenduri Cinta sebagian karena mengenal sosok Cak Nun dari karya-karyanya. Ada sebagian lagi yang datang ke Kenduri Cinta karena awalnya penasaran, forum apa ini? Digelar di pinggir jalan Cikini Raya, di halaman depan Taman Ismail Marzuki. Apalagi di era itu internet dan media sosial adalah barang mewah. Media baliho dan getok tular menjadi media penyambung informasi saat itu. Jika teman-teman masih ingat, di halaman depan TIM saat itu ada etalase baliho yang cukup besar, dan Kenduri Cinta memanfaatkan etalase tersebut untuk media informasi. Menggunakan kain hitam yang besar, digambar menggunakan cat minyak, sekadar ilustrasi sederhana untuk menginformasikan gelaran Kenduri Cinta. Dan setelah forum usai, kain besar itu diturunkan, kemudian ilustrasi tulisan dan gambar dihapus kembali menggunakan minyak cat agar kainnya bisa digunakan lagi di bulan selanjutnya.

Hingga akhirnya era media sosial hadir di Indonesia dan digunakan oleh banyak orang. Media informasi Kenduri Cinta pun berkembang. Inovasi poster digital mulai digunakan pada awal 2013. Kenduri Cinta memanfaatkan momentum perkembangan media sosial saat itu untuk dimanfaatkan sebagai corong informasi. Sedikit-banyak jamaah yang hadir saat itu mengenal Kenduri Cinta melalui informasi di media sosial, karena video Kenduri Cinta di Youtube saat itu pun belum sebanyak hari ini. Ada proses panjang hingga akhirnya saat ini teman-teman jamaah Maiyah bisa menikmati video-video Kenduri Cinta di Youtube, baik di channel CakNun.com maupun di channel Komunitas Kenduri Cinta.

Dok. Kenduri Cinta

Pandemi Covid-19 dan sebaran informasi yang dirasakan oleh jamaah berpengaruh pada tingkat kehadiran jamaah Maiyah pada setiap gelaran forumnya. Tidak terkecuali dengan Kenduri Cinta. Saat pandemi, kita dibuat terbiasa untuk menikmati informasi dari rumah, memanfaatkan akses internet, untuk mengunyah informasi yang begitu banyak. Sebagian besar dari kita hanya menjadi konsumen informasi. Pada posisi yang lain, sebagian dari kita pun harus mengambil peran untuk menjadi produsen informasi. Penggiat Kenduri Cinta memilih untuk menjadi produsen informasi itu. Maka, salah satu impact yang paling terlihat adalah banyak jamaah Kenduri Cinta hari ini yang benar-benar baru. Mereka mungkin tidak mengenal siapa itu Cak Nun, siapa itu Emha Ainun Nadjib, siapa itu Mbah Nun. Mereka menemukan Kenduri Cinta sebagai sebuah forum yang memang mereka cari selama ini.

Kenduri Cinta menjadi sebuah forum yang egaliter, yang menerima dan diterima oleh siapa saja, tentu atas inisasi Cak Nun. Sudah sejak lama bahkan Cak Nun sendiri menghendaki bahwa Kenduri Cinta harus menjadi forum yang mandiri, yang tidak bergantung pada sosok-sosok tertentu. Tidak terjebak pada kultus individu. Dan itu sudah dibuktikan oleh Kenduri Cinta sejak lama. Jika kita ingat, ada momen di tahun 2012-2015, dimana Cak Nun datang ke Kenduri Cinta dan menikmati gayengnya forum dari pojok warung angkringan di belakang, bersama beberapa jamaah. Cak Nun baru kemudian bergabung di panggung pada jam 2 dinihari, bahkan menjelang jam 3 dinihari.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta, majelis ilmu, sumur spiritual, laboratorium sosial, basis gerakan politik bahkan universitas jalanan yang tidak pernah habis pembahasan SKS nya, kurikulum dan mata kuliahnya selalu bertambah, dosennya adalah alam semesta.
Bagikan:

Lainnya

Untuk Keterlahiran Baru

Untuk Keterlahiran Baru

LIMA bulan sudah kita telah menjalani rutinitas yang baru. Mainstream kebanyakan orang menyebutnya The New Normal.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta

Topik