Aku Bahagia Ketemu Maiyah
Kebimbangan dan kegundahan hati tengah menyelimuti diri ini. Bagaimana tidak? Dunia sesungguhnya telah dimulai pada hidupku, aku pun telah siap tetapi kebijakan telah mematahkan kesiapan ku. Kebijakan yang telah disiapkan oleh mereka yang berkuasa, yang secara rohani telah membinasakan kecerdasan lalu saat mulai praktek sesungguhnya jasmani kita dihentikan. Bagaimana kalian tidak merasa sulit jika dunia awal kalian hanya dibuka dengan kaca jendela saja? Tentu seharusnya pintu lebar lah yang mampu membuka dunia baru Freshgraduate. Rasanya lucu sekali kaum pribumi tidak bisa menemukan kenikmatan di buminya sendiri.
Beruntungnya aku telah bertemu dengan Maiyah, yang selalu memberikan wadah bagiku yang tengah di landa masalah. Dalam sinau bareng nya solusi-solusi seolah datang menghampiri dan ketenangan hati selalu mengiringi. Hal yang paling membuatku beruntung dalam Maiyah adalah bisa bertemu dengan sosok manusia yang begitu hebat, yang telah membukakan pintu untuk ku meskipun akhirnya membiarkan ku masuk sendiri. Begitu mesra tindakan nya dan begitu tulus jiwa raganya. Tentu Tuhan lah yang mengatur semuanya. Beliau adalah Mbah Emha Ainun Nadjib atau Mbah Nun.
Mbah Nun adalah sosok yang begitu aku kagumi karena pola pikir yang telah beliau ajari. Beliau tidak hanya datang secara fisik pada sinau bareng, tetapi karena adanya cinta antara diri ini, Mbah Nun, dan Tuhan, beliau juga datang dalam batin. Singgah dan bersemi dalam hati. Kasih sayang beliau sungguh sangatlah terasa, hingga kelopak mata pun turut mengiringi alur irama cinta. Setetes dua tetes jatuh di atas pangkuan saat telinga ini mendengar tutur kata beliau. Tiada haru yang indah selain saat bersama kemesraan beliau. Hidup terasa mudah untuk di jalani, simple, dan apapun yang tangan ini pegang semua menjadi ringan. Kebimbangan dan kegundahan hati berganti menjadi kedamaian. Itulah bekal yang telah di bawakan oleh Mbah Nun.
Mbah Nun telah menabur cinta kepada anak cucunya. Kini aku persembahan bibit cinta itu yang telah tertanam pada diri ini, Untukmu 71 Tahun Mbah Nun.
Mbah Nun rasanya aku ingin mengulangi hari, dimana aku ingin bertemu dengan panjenengan semenjak aku kecil bukan setelah besar. Tetapi itu suatu kebodohan jika aku terus menginginkannya, karena sudah pasti hal itu tidak mungkin terjadi. Yang telah terjadi saat ini adalah perubahan yang telah aku dapatkan setelah bertemu dengan panjenengan Mbah. 71 tahun adalah waktu yang begitu lama untukmu yang sampai saat ini masih berjuang, tetapi aku baru menemukan panjenengan semenjak 3 tahun terakhir. Entah dimanakah aku kemarin-kemarin? Tetapi apapun itu aku tidak akan pernah menyebutnya sebagai suatu keterlambatan, melainkan hal ini adalah hadiah terindah dalam hidup ku. Terima kasih Tuhan telah membuatku bertemu dengan Mbah Nun.
27 Mei 1953 adalah tahun dimana Mbah Nun telah datang di bumi ini dan tepat di bulan Mei ini 71 tahun usia beliau. Pada goresan ini izinkanlah aku mengucapkan ulang tahun untukmu Mbah Nun, Selamat Ulang Tahun Mbah Emha Ainun Nadjib.
Aku berdo’a semoga Allah selalu memberikan usia yang panjang dan semoga Allah selalu memenuhi kehidupan panjenengan dengan segala kejutan yang indah dan hal-hal yang berwarna. Aku berharap panjenengan tidak pernah lelah untuk selalu mengajari kami hal-hal yang berguna dan bermanfaat.
Terima kasih Mbah Nun atas semua pembelajaran hebat yang telah panjenengan berikan. Atas hal yang membuat ku menjadi manusia yang lebih baik dan atas cintamu yang tidak pernah kenal lelah.
Terima kasih cintamu akan terus tertanam pada diri ini. Atas izin Allah panjenengan telah membuat ku menjadi orang yang kuat, orang yang tidak mudah menyerah.
Maafkan cucumu ini ya Mbah jika sampai saat ini belum juga pintar, tetapi cucumu tidak akan pernah berhenti untuk terus belajar dan belajar Mbah.
Tiada hal yang terindah selain sinau bareng.
Tiada hal yang ternyaman selain kemesraan saat bersama panjenengan Mbah Nun.
Aku bahagia bertemu Maiyah dan, aku sangat gembira bertemu dengan panjenengan Mbah Nun.
Terima Kasih Tuhan.