CakNun.com

Selamat Ulang Tahun Padhangmbulan: Inspirasi dari Lirik Cak Nun di Album “Perahu Retak” Franky Sahilatua

Toto Rahardjo
Waktu baca ± 2 menit

Cahaya kasih sayang menaburi malam
Hidayah dan rembulan menghadirkan Tuhan
Alam raya, cakrawala, pasrah dan sembahyang

Yang palsu ditanggalkan, yang sejati datang
Yang dusta dikuakkan, topeng-topeng hilang
Jiwa sujid, hati tunduk, padaMu Tuhanku

Beribu hambaMu bernyanyi rindu
Bergerak menari bagai gelombang
Sepi mereka karena dipinggirkan
Oleh kedhaliman, kekuasaan dan kesombongan

Suara mereka merobek langit
Bergolak sunyi mereka semua
Waktu berhenti, alam menanti
Tuhan Kekasih akan mengakhiri

Tumbuhnya kesadaran karena kejernihan
Bangkitnya kekuatan karena kebersamaan
Orang-orang berkumpul dan bergandengan tangan

Lahirlah, lahirlah, lahirlah kembali
Bangunlah, bangunlah, bangunlah kembali
Mengumpulkan kepingan-kepingan
Saudaramu yang ditinggalkan oleh kemajuan

Kekasih mendampingi setiap langkah
Pada laparmu cinta-Nya merekah
Tataplah wajah-Nya, hatimu pun cerah

Lihatlah, lihatlah, mentari baru
Yang terbit dari dalam tekadmu
Sesudah senja di ujung duka
Nikmatilah mengalirnya cahaya

Album “Perahu Retak” Franky Sahilatua adalah sebuah karya seni yang dipenuhi dengan makna dan refleksi yang mendalam. Dalam lagu-lagu seperti ini, terasa ada semangat kebijaksanaan dan cinta yang mendalam. Lirik lagu Padang Bulan di atas, yang ditulis oleh Cak Nun, juga mengekspresikan pesan-pesan yang penuh makna, kita akan mencoba memahami beberapa pesan yang terkandung di dalamnya.

Lirik pertama membuka esai ini dengan gambaran tentang cahaya kasih sayang yang menaburi malam. Ini adalah gambaran tentang kebaikan dan kasih sayang yang hadir dalam kehidupan kita. Malam dan rembulan adalah simbol kegelapan dan pencerahan, yang mengingatkan kita akan keberadaan Tuhan dalam hidup kita. Alam raya dan cakrawala menggambarkan keindahan alam semesta yang kita harus hormati dan jaga.

Lirik berikutnya membahas tentang pemurnian dan penyingkiran yang diperlukan dalam hidup. Hal-hal palsu harus ditanggalkan, dan yang sejati harus datang. Ini adalah pesan tentang integritas dan kejujuran. Kita harus melepaskan topeng-topeng dan menghadapkan diri pada Tuhan dengan jiwa sujud dan hati yang tunduk.

Lirik selanjutnya menggambarkan sebuah gerakan kebebasan dan kebenaran. Ribuan hamba-Nya menyanyikan rindu dan bergerak seperti gelombang. Mereka merasa sepi karena kadang-kadang mereka dipinggirkan oleh kekuasaan dan kesombongan. Namun, suara mereka masih bisa merobek langit, dan gerakan mereka memiliki kekuatan yang menggetarkan hati.

Lirik ini juga menunjukkan bahwa waktu berhenti dan alam semesta menanti saat Tuhan akan mengakhiri segala ketidakbenaran. Kesadaran dan kebersamaan akan membawa perubahan positif. Orang-orang berkumpul dan bergandengan tangan untuk menghidupkan kembali kebenaran yang hilang.

Akhir lirik ini membawa pesan tentang kebangkitan. Kita diajak untuk lahir kembali, bangun kembali, dan mengumpulkan saudara-saudara yang mungkin terpinggirkan oleh kemajuan. Cinta Tuhan selalu mendampingi langkah-langkah kita, dan tatapannya membuat hati kita bersinar.

Terakhir, lirik menawarkan harapan dengan menyebut mentari baru yang terbit dari tekad kita. Ini adalah gambaran tentang perubahan positif yang muncul setelah masa sulit. Sesudah senja diujung duka, kita akan merasakan aliran cahaya yang membawa kebahagiaan.

Lagu ini adalah sebuah peringatan akan pentingnya cinta, kejujuran, kebersamaan, dan harapan dalam hidup kita. Pesan-pesan ini bersinar dalam liriknya dan memotivasi kita untuk selalu mencari kebaikan dan kebenaran dalam setiap langkah kita. Semoga perayaan ulang tahun Padhangmbulan ini juga menjadi peringatan akan pesan-pesan yang indah ini.[]

Nitiprayan, 29 Oktober 2023

Toto Rahardjo
Pendiri Komunitas KiaiKanjeng, Pendiri Akademi Kebudayaan Yogyakarta. Bersama Ibu Wahya, istrinya, mendirikan dan sekaligus mengelola Laboratorium Pendidikan Dasar “Sanggar Anak Alam” di Nitiprayan, Yogyakarta
Bagikan:

Lainnya

Mustika Corona

Mustika Corona

Di kalangan bangsa Jawa, semua tahu Semar. Semua mengenal Semar.

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib
Tajawub Wa Tawakkal Tasammuh Wa Mizan

Tajawub Wa Tawakkal Tasammuh Wa Mizan

Di tengah hari-hari di dunia yang sedang dikuasai oleh Virus Corona, setiap penduduk bumi saling mengepung, saling menuduh, saling tidak mempercayai dan saling menghasut.

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib

Topik