CakNun.com
1982

Sajak Pohon di Udara

Dari Kumpulan Puisi Nyanyian Gelandangan
Emha Ainun Nadjib
Waktu baca ± 1 menit

Karena matahari tak pernah tua, maka harapan
selalu menyala, tetapi karena hasrat tak
pernah ada batasnya: matahari bisa berarti sebaliknya.
Bung! Ladang-ladang kita telah dikeringkan, pepohonan
ditebang, sawah-sawah diratakan,
sebab tak mengandung masa depan.
Kita sedang bergerak ke arah yang lain, kini
sedang dibuktikan filsafat baru tentang
makna bahagia; alam diolah dan disaring
bumi diguyur dengan air kimia.
Kita tanam biji-biji hari depan yang penuh cahaya.
Kita taburkan benih unggul: tumbuh menjadi tiang-tiang listrik,
kawat-kawat telepon,
papan-papan iklan, kaca ribbon dan joglo Spanyol.
Pohon-pohon hidup, pohon-pohon impor, meraung raung
dan gaduh di sepanjang jalan-jalan kota dan desa.
Kita bertanding nendang bola-bola besi, kita
bongkar onderdil kemanusiaan, kita copot otak,
ganti dengan konstruksi dan nomer-nomer baru
dari logam, kita rogoh hati kita, kita persembahkan
kepada lagu-lagu pop.
Bikin pot-pot raksasa berisi hotel-hotel dan
perzinaan, gedung-gedung dan korupsi,
kendaraan raksasa yang berat atas.
Kita bor minyak kita olah agar menguap ke udara, kita gali
segala makanan dan kemajuan dari usus-usus kerak bumi
sambil berdoa minta tambah rezeki
Matahari tak pernah tua dan bumi mau ambruk ke mana,
pijakan kita adalah kehampaan angkasa, biarkan pohon-pohon
kita melayang-layang di udara.

1982.

Lainnya

Menghisap Klembak Menyan

Menghisap Klembak Menyan *)

Tapi nanti dulu, Rama!
Gamelan itu memang gandhes
Tapi musik kami ini rock ’n roll
Lha wong kami ini modern

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib

47

47
Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib

Ibunda

Ibunda

Topik