Kenduri Cinta Membaca Ranjau Zaman




Pemimpin yang Efektif Mampu Memanage Dualitas
Sebelum Mas Sabrang memaparkan pandangannya mengenai tema Kenduri Cinta, 2 nomor Letto dimainkan secara akustik; Permintaan Hati dan Ruang Rindu. Dua nomor lagu yang merupakan dua dari sekian nomor andalan Letto, meskipun dibawakan secara akustik namun sama sekali tidak mengurangi kegembiraan untuk bernyanyi bersama di Kenduri Cinta tadi malam.
“Ranjau ini tema menarik, saya bisa menarik ke belakang, saya bisa menentukan secara jelas dimana pin point kebodohan Indonesia, termasuk saya dan kalian, karena kita mengulangi kesalahan yang sama berkali-kali,” Mas Sabrang mengawali paparannya.
“Saya akan mulai dari Dzulqornain. Dzulqornain ini artinya dua tanduk, tapi saya punya interpretasi yang berbeda, mungkin juga sudut pandang yang berbeda. Menurut saya yang membuat adanya realitas ini adalah adanya dualitas; ada tinggi-rendah, panas-dingin, dan seterusnya, selalu ada dualitas seperti itu. Orang yang bisa me-manage dualitas itu secara efektif itulah pemimpin yang sebenarnya. Bahkan baterai pun tidak akan bergerak tanpa adanya dualitas positif-negatif,” lanjut Mas Sabrang.“
Ketika ada sesuatu yang diinginkan oleh dua pihak atau lebih pasti terjadi pergesekan. Ketika ada sesuatu yang sama diinginkan, pasti terjadi pergesekan. Jika hal yang diinginkan itu tidak bisa dibagi, tidak ada yang namanya kompromi. Jadi mereka harus rebutan satu sama lain,” dilanjutkan oleh Mas Sabrang dengan menjelaskan bahwa ada beberapa konsep rebutan. Ada rebutan yang berlangsung dengan adanya peraturan, namanya adalah kompetisi. Jika ada rebutan yang tidak ada aturannya, maka yang terjadi adalah perang. Dan ketika yang dipilih adalah perang, maka yang ada urusannya adalah menang dan kalah. Siapa yang membunuh lebih banyak, dia yang menang dan dia yang mengambil sesuatu lebih banyak dari musuhnya yang kalah.
Mas Sabrang kemudian melempar pertanyaan; Kita ini seluruh Bangsa Indonesia menginginkan hal yang sama atau tidak? Mas Sabrang mencontohkan, dalam dunia politik, visi misi semua partai politik adalah sama. Tetapi, perilaku para pelaku politik di Indonesia adalah perilaku peperangan. Mereka saling bunuh-bunuhan satu sama lain. “Kalau kamu tujuannya sama, kenapa kamu membunuh satu sama lain?,” lanjut Mas Sabrang.
Dari gambaran kecil ini saja, Mas Sabrang sudah memperlihatkan fakta yang ada di Indonesia bahwa keinginan yang awalnya bersifat sama untuk semua orang, keinginan yang sama itu tetapi tidak bisa dibagi satu sama lain, akhirnya menghasilkan peperangan yang berakibat pada saling bunuh-membunuh satu sama lain. Maka bisa dipastikan bahwa yang ada di kepala mereka bukan kompetisi melainkan peperangan.
Semakin malam, diskusi yang berlangsung di Kenduri Cinta ssemakin gayeng. Ada sesi tanya jawab yang juga menjadi satu sesi dialog yang dinikmati oleh semua yang hadir. Kenduri Cinta menghadirkan atmosfer tatap muka yang nyata, dengan tata letak panggung yang sangat minimalis, memungkinkan orang untuk secara langsung menyatakan setuju atau tidak setuju dengan apa yang disampaikan oleh narasumber.
Tetapi, kita di Maiyah sudah ditanamkan kemerdekaan berfikir oleh Mbah Nun sejak awal. Kita dibebaskan dari belenggu-belenggu doktrin dan dogma. Maka sejak awal Maiyah menyatakan diri untuk tidak menjadi padatan. Maiyah tidak akan menjadi madzhab, tidak akan menjadi partai politik, tidak akan menjadi ormas dan lain sebagainya. Seperti yang disampaikan oleh Mbah Nun di awal, Maiyah adalah satu arena dimana kita semua, secara mandiri dan berdikari berani untuk menentukan sikap, bahwa melalui Maiyah kita akan berjuang untuk meningkatkan kualitas manusia pada diri kita masing-masing. (FA)