Kenduri Cinta Membaca Ranjau Zaman





Sekitar jam 21.00, Mbah Nun sudah tiba di Taman Ismail Marzuki, bersama Bung Rocky Gerung, Mas Ian L. Betts dan tentu saja Mas Sabrang. Dalam beberapa edisi terakhir Kenduri Cinta, Mbah Nun sendiri yang merasa sangat kangen dengan teman-teman Jamaah Maiyah, sehingga Mbah Nun pun selalu hadir di forum lebih awal. Biasanya, Mbah Nun akan hadir setelah lewat jam sepuluh malam, bahkan sering kali menjelang tengah malam baru kita menyimak paparan ilmu dari Mbah Nun. Tapi, sekarang kita bisa lebih awal menyimak paparan Mbah Nun.
“Mohon maaf Bung Rocky Gerung, tema KC malam ini ada Arab-arabnya,” Mbah Nun sedikit bercanda mencairkan suasana sekaligus menyambut kedatangan Bung Rocky Gerung di Kenduri Cinta. “Al-Qur`an yang kita baca itu Al-Qur`an qouliyah Qur`an yang literer kognitif dari Tuhan dengan verifikasi berpuluh-puluh abad, tetapi ada Al-Qur`an yang lebih luas yaitu Al-Qur`an kauniyah Al-Qur`an yang ada pada alam semesta, situasi-situasi sosial dan di dalam diri manusia. Teman-teman sekalian, Rocky Gerung ini adalah salah satu Al Qur`an kauniyah, maka malam ini kita baca sebanyak-banyaknya dari Surat Rocky Gerung ini,” Mbah Nun melanjutkan dengan menyegarkan suasana dengan lontaran-lontaran.
Menyambung paparan awal, Mbah Nun menyampaikan bahwa segala sesuatu yang kita lakukan harus kita upayakan agar menghasilkan manfaat semaksimal mungkin dan menghindari terjadinya mudharat sekecil mungkin. Menurut Mbah Nun, kita hidup di hutan belantara yang dipenuhi dengan ranjau-ranjau. Apa yang kita sangka baik, justru ternyata adalah ranjau yang membahayakan bagi kita. Hal ini pun yang disadari oleh Mbah Nun dengan banyak peristiwa yang dialami, ada beberapa hal yang ternyata setelah terjadi, justru lebih banyak mudharatnya ketimbang manfaatnya. Banyak tulisan-tulisan Mbah Nun yang diniatkan untuk sesuatu yang sifatnya konstruktif, namun ternyata justru menjadi destruktif. “Kita belajar kepada Bangsa yang aneh ini, kita belajar kepada rakyat yang unik ini, dan kepada nasib Bangsa ini yang penuh loro lopo dan naik turun yang luar biasa ini,” lanjut Mbah Nun.
Sejalan seperti yang disampaikan Mbah Nun sebelumnya di Padhangmbulan dan Mocopat Syafaat, bahwa Mas Sabrang mulai awal tahun ini didapuk Mbah Nun untuk memimpin Sinau Bareng di setiap Simpul Maiyah. Bagi Mbah Nun, Mas Sabrang memiliki kepekaan yang lebih landep, memiliki pemetaan yang lebih komprehensif, dan juga kemampuan untuk meneliti sesuatu hal dengan pandangan yang sangat detail. Tadi malam di Kenduri Cinta pun, Mbah Nun menyatakan hal serupa, meminta Mas Sabrang untuk mengeksplorasi hal-hal yang dirasa perlu untuk disampaikan kepada teman-teman jamaah Kenduri Cinta.
“Saya ini kan orang jadul, saya mengalami pergantian era dari Orde Lama, Orde Baru, hingga Orde Reformasi ini yang serba wallahu a’lam bishshawwab itu, sehingga saya tidak memiliki kemampuan untuk melihat masa depan sebagaimana Sabrang mampu melihat itu, sehingga saya memutuskan bahwa akselerasi Maiyah ke depan ada di tangan Sabrang untuk berperan ing ngarsa sung tuladha, karena Sabrang lebih mengerti tentang Al-Qur`an kauniyah hari ini, meskipun nantinya tetap mengacu pada Al-Qur`an qouliyah. Dan Sabrang lebih tahu dari apa yang saya tidak tahu, Sabrang lebih meneliti apa yang tidak saya teliti, Sabrang lebih mengerti pemetaan apa yang tidak bisa saya petakan,” lanjut Mbah Nun.
“Kita tidak bernafsu apa-apa, kita tidak mengejar apa-apa, namun melalui forum Maiyah ini kita memiliki tujuan agar supaya kita meningkat kualitasnya sebagai manusia” Mbah Nun melanjutkan sembari menjelaskan bahwa apa yang dilakukan kita bersama-sama di Maiyah ini adalah dalam rangka memperbaiki kualitas individu setiap kita. Sehingga, jika suatu saat nanti anak-anak Maiyah mendapat peran yang penting di suatu tempat, maka anak Maiyah akan memperlihatkan kualitas yang berbeda dan lebih baik dari yang ada sekarang. Itulah harapan kita bersama di Maiyah.
Ditambahkan oleh Mbah Nun, bahwa apa yang kita asah bersama di Maiyah adalah dalam rangka menghindari 3C; Ciut, Cethek, dan Cekak, yang kesemuanya bersifat destruktif terhadap kualitas individu manusia saat ini. Mengidap 3C yang dimaksud oleh Mbah Nun adalah; Ciut maksudnya adalah agar kita tidak berpikir sempit. Cethek maksudnya adalah agar kita tidak berpikir dangkal. Dan Cekak, maksudnya adalah agar kita tidak memiliki kepekaan sumbu pendek yang mudah terprovokasi terhadap hal-hal yang remeh temeh.