Kenduri Cinta Membaca Ranjau Zaman
Jum’at kedua telah tiba. Tandanya Kenduri Cinta akan diselenggarakan. Plaza Teater Besar Taman Ismail Marzuki menjadi venue reguler gelaran Kenduri Cinta yang memasuki tahun ke-23. Tema “RANJAU MIN HAITSU LA YAHTASIB” adalah tema yang diusulkan oleh Mbah Nun sendiri untuk edisi Februari ini.
Sedari siang, langit Jakarta tampak menggelap. Awan mendung menggelayuti menemani penggiat Kenduri Cinta mempersipakan hal-hal teknis seperti proses pendirian tenda dan panggung dan penataan sound system. Dan akhirnya, teman-teman Letto pada edisi kali ini bisa ikut bergabung di Kenduri Cinta. Hujan gerimis menyambut kedatangan Mas Patub dan teman-teman Letto yang lain. Begitu tiba di Taman Ismail Marzuki, langsung melakukan check sound di panggung. Memang, Letto tidak full band, hanya dengan keyboard dan 2 gitar saja yang akan dimainkan. Namun tentu saja tetap memberi warna di forum Kenduri Cinta kali ini.
Menjelang maghrib, hujan turun cukup deras, merata di seluruh wilayah Jakarta. Beberapa jama’ah menanyakan informasi cuaca melalui DM akun Instagram Kenduri Cinta mengenai cuaca di Cikini. Padahal, akun Kenduri Cinta tidak berafiliasi dengan BMKG, kenapa harus ditanyakan mengenai informasi cuaca? Agaknya teman-teman juga perlu menyadari hal itu. Dan juga perlu belajar untuk bertanya pada pihak yang tepat tentang sebuah pertanyaan. Maka, sudah pasti pertanyaan semacam itu tidak akan dijawab oleh admin akun Kenduri Cinta. Begitu juga dengan pertanyaan-pertanyaan seperti; “Mbah Nun datang nggak, min?”, padahal admin Kenduri Cinta sudah memposting foto Mbah Nun di Instastory sore kemarin. Memang, hidup penuh ranjau ternyata. Informasi yang sudah diinformasikan oleh pihak yang terpercaya, masih saja dipertanyakan validitasnya. Ruwet!
Tapi, itulah kemesraan kita bersama. Meskipun memang kita perlu untuk terus belajar dalam menyusun pertanyaan. Ketika forum Kenduri Cinta berlangsung, tidak jarang ada yang DM juga di akun Instagram mengenai kuaitas sound system yang dianggap kurang memadai, karena tidak terdengar hingga barisan belakang. Padahal, seharusnya pertanyaannya adalah bukan tentang apakah kualitas suara bisa dimaksimalkan agar terdengar hingga baris belakang, melainkan seharusnya yang disampaikan adalah; apakah saya bisa ikut membantu menyediakan sound system yang lebih layak?
Karena memang forum Maiyahan Kenduri Cinta dan juga forum-forum Maiyah di Simpul Maiyah lainnya adalah sebuah forum yang sangat mandiri. Kita sebagai Jamaah Maiyah yang nyengkuyung keberlangsungan forum ini. Dan sudah sangat biasa bagi Kenduri Cinta mengawali forum dengan saldo 0 rupiah. Uang bantingan kencleng dari jamaah sendiri yang kemudian digunakan untuk mebiayai sewa tenda, panggung, sound system juga ubo rampe lainnya. Tapi, itulah yang kemudian membuat kita gagah dengan Kenduri Cinta. Forum yang sudah berlangsung lebih dari 2 dekade di Jakarta, di pusat Ibukota, kita selenggarakan secara swadaya, mandiri dan mampu eksis hingga hari ini.
Tadi malam, seperti Kenduri Cinta biasanya, forum dimulai sejak ba’da Isya’. Setelah nderes Al Qur`an, dilanjut dengan beberapa wirid dan sholawat, diskusi diawali dengan sesi mukadimah. Penggiat Kenduri Cinta yang bertugas, satu per satu melambari forum ini dengan beberapa wacana yang sebelumnya sudah dirilis melalui naskah mukadimah Kenduri Cinta.