Atmosfer Rindu dan Bahagia di Kenduri Cinta
Mengutip salah satu syair pada mahalu-l-qiyam: man roaa wajhaka yas’ad yaa kariima-l-walidaini, haudhluka-sh-shoo fii-l-mubarrod wirdunaa yaumu-n-nusyuuri. Siapa yang menatap wajahnya Rasulullah Saw. akan merasakan kebahagiaan. Bahagia itu tidak ada ukurannya, tidak ada takarannya. Berbeda dengan rasa kagum, terpesona, terpukau. Ada takaran yang membatasinya. Kita bisa saja terpesona atas ketampanan atau kecantikan seseorang, tapi kita bisa beralih untuk terpesona pada orang lain yang lebih tampan atau lebih cantik. Tapi, rasa bahagia tidak ada ukurannya. Dan itulah yang juga kita rasakan di Maiyah ini. Kita bahagia untuk berkumpul bersama sebulan sekali, menyimak diskusi dari gelaran forumnya, atau bahkan hanya duduk diam di pojokan untuk sekadar menikmati suasananya.
Dokter Eddot, salah satu sahabat Mbah Nun tadi malam turut bergabung di Kenduri Cinta. Jum’at sore masih di Yogyakarta, karena masih harus menguji mahasiswanya, setelah selesai menguji dr. Eddot bergegas menuju bandara YIA untuk terbang ke Jakarta dan mendarat di Halim Perdanakusuma sekitar jam 7 lewat, dan langsung menuju Cikini.
Sebagai seorang praktisi kesehatan, dr. Eddot menanggapi beberapa pertanyaan-pertanyaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan ilmu kesehatan tentunya. Seperti pertanyaan mengenai apa saja yang menjadi faktor tumbuh kembang bayi saat setelah dilahirkan dari rahim ibunya. Dr. Eddot menjelaskan salah satu ilmu ASI (Air Susu Ibu), bahwa apapun yang dikonsumsi oleh sang Ibu, air susu yang keluar dari payudaranya adalah sumber kesehatan primer bagi bayinya.
Faktor empiris yang juga diteliti di dunia kesehatan, ada perbedaan antara bayi yang tumbuh dengan ASI dengan bayi yang tumbuh dengan asuoan susu formula. Dalam sebuah penelitian dijelaskan oleh dr. Eddot bahwa bayi yang mendapat asupan ASI dari Ibunya akan tumbuh dalam kondisi yang lebih prima, mampu berfikir lebih jernih dan lebih sehat
Sementara mereka yang tumbuh dengan asupan susu formula, ada sampling yang muncul bahwa mereka terjebak pada kenakalan remaja, narkoba, judi online dan lain sebagainya. Nah, mungkin teman-teman yang sekarang terjebak dengan judi online, perlu ditanyakan kepada orang tuanya, bagaimana dulu asupan susunya saat masuh kecil. Dibesarkan dengan asupan ASI atau susu formula?
Satu hal yang ditekankan oleh dr. Eddot adalah, secanggih apapun ilmu kesehatan manusia, masih seujung kuku hitam saja jika dibandingkan dengan rahasia ilmu kesehatan Allah. Itulah mengapa hanya ada 1 sel sperma dari jutaan sperma yang mampu membuahi ovum dalam rahim seorang Ibu. Ada peran Allah disitu. Peran yang sangat mutlak, yang tidak bisa dibantah oleh ilmu kesehatan karya manusia.
Mas Sabrang melengkapi khasanah diskusi tadi malam. Satu kata yang bisa digarisbawahi, seperti yang sudah disebutkan di awal, dari proses kelahiran bayi ada penderitaan Ibu yang dipertaruhkan. Tidak ada hasil manis dari sebuah perjuangan yang lahir tanpa penderitaan. Pada satu titik, penderitaan justru merupakan modal utama dalam proses kelahiran sebuah karya. Penderitaan atau rasa sakit adalah sumber pembelajaran dalam kehidupan.
Tidak ada karya lagu yang apik yang lahir tanpa penderitaan yang dialami oleh penciptanya. Kita adalah bayi yang lahir dari rahim sebelum kita. Dan kita akan melahirkan bayi yang akan lahir setelah kita. Jika direfleksikan dengan Maiyah hari ini, kita sedang mengandung rahim yang sedang kita kelola atmosfernya, dengan harapan bayi yang akan lahir kelak adalah bayi yang berkualitas. Dengan tetap memegang kesadaran ilmu petani, bahwa tugas kita adalah menanam dan menyemai, urusan panen adalah hak mutlaknya Allah.
Sabrang menyampaikan bahwa “rahim” yang paling baik adalah Al Qur’an. Karena ia menyimpan semua kunci dan rahasia kehidupan manusia dan alam semesta. Kita memahami bahwa setiap yang akam datang adalah akibat dari sebab yang lahir sebelumnya. Kita hari ini bisa menjadi akibat dari sebab yang sebelumnya, sekaligus bisa menjadi sebab dari akibat yang akan lahir di kemudian hari.
Pakde Mus memuncaki Kenduri Cinta edisi September dengan pesan-pesan yang mendalam. Layaknya orang tua di Maiyah, Pakde Mus mengingatkan posisi kita sebagai Orang Maiyah untuk tetap objektif dalam memandang persoalan yang dihadapi.
Suasana bahagia sudah pasti terasa pada setiap gelaran Kenduri Cinta, dan rasa rindu yang sudah terobati, kembali muncul pada saat akhirnya kita harus menyudahi forum ini. Rasa rindu itu kita bawa ke rumah kita masing-masing, untuk kemudian kita tuntaskan kembali di bulan depan. InsyaAllah.