27 Mei 2023, Serentak Simpul-Simpul Maiyah Tawashshulan
Fenomena hubungan seorang mbah dengan anak cucu ternyata mengandung makna, substansi, dan ekspresi yang lebih luas dari ikatan nasab biologis. Relasi ini tidak dibangun melalui sandaran usia bahwa seorang mbah lebih sepuh dan anak cucu lebih muda, namun dijalin melalui persambungan nilai yang lebih hakiki.
Bagaimana proses relasi itu terjadi sehingga panggilan “Simbah” tidak sekadar menjadi panggilan, namun juga memantulkan aura kasepuhan, rindu, dan kasih sayang? Bagaimana proses dialektika komunikasi yang selama ini berlangsung sehingga anak cucu merasa Simbah adalah milik mereka, bagian dari denyut kesadaran berpikir mereka, bagian dari mimpi-mimpi mereka, bagian dari doa-doa mereka?
Jawabannya adalah momentum Tasyakur Milad ke-70 Mbah Nun. Yang melakukan tasyakur adalah anak cucu yang tidak memiliki ikatan nasab secara biologis. Rentang usia mereka pun beragam: mulai generasi yang usia biologisnya memang pantas menjadi anak dan cucu hingga yang sepantaran dengan Simbah. Sebagaimana Ibu Halimah adalah Ibu-nya masyarakat, Mbah Nun adalah Simbah kita semua.
Persembahan Cinta Anak Cucu
Ungkapan cinta itu pun, seperti dapat kita simak informasi atau beritanya di mymaiyah.id, tidak terbendung. Anak cucu di Omah Padhangmbulan Jombang menggelar Tasyakur Milad ke-70 Mbah Nun dan Shalawat Burdah. Dilambari keprihatinan terhadap situasi dan kondisi dholuman jahula serta disokong spirit Menata Hati dan Menjernihkan Pikiran, kita meneguhkan ishbiru wa shabiru. Bersabarlah dan lipatgandakanlah kesabaranmu.
“Mbah Nun adalah sosok yang tidak ternilai dalam kehidupan kita,” demikian ekspresi cinta anak cucu di Rumah Maiyah Al-Manhal Malang. Ibarat lautan yang memantulkan keindahan dan kemanfaatan yang melimpah, Mbah Nun menemani kita dengan berbagi ilmu dan cinta. Kita bersyukur kepada Allah Swt. atas kesehatan yang diberikan kepada Marja’, Guru, dan Ayahanda kita, Emha Ainun Nadjib (Mbah Nun), yang akan memasuki usia 70 tahun pada 27 Mei 2023.
Bentuk syukur kepada Allah Swt. diungkapkan oleh anak cucu di Bangbang Wetan Surabaya. Tawashshulan dan Tumpengan akan diselenggarakan pada Sabtu, 27 Mei 2023, pukul 21.00 WIB, di pelataran Makam Mbah Sholeh, Komplek Makam Sunan Ampel Surabaya. “Manaqib Syukur dan Kecintaan” menjadi tema syukur Bangbang Wetan untuk memperingati 70 tahun Mbah Nun. Pertemuan Bangbang Wetan dengan Mbah Nun, Mbah Fuad, serta keluarga ndalem kasepuhan Mentoro, yang tiada henti mencintai seluruh Jamaah Maiyah, menjadi kesadaran yang menerbitkan rasa syukur tiada tara.
Anak cucu di Kenduri Cinta Jakarta menyadari betul bahwa mustahil melepaskan keterkaitan antara Maiyah dengan sosok Muhammad Ainun Nadjib. Perjalanan Maiyah dimulai sejak awal 90’an, termasuk Kenduri Cinta yang diinisiasi di tahun 2000. Jika dihitung dari awal waktu Pengajian Padhangmbulan, maka perjalanan Maiyah memasuki akhir dekade ketiga. “Ini rasa syukur yang luar biasa,” ungkap anak cucu di Kenduri Cinta.
“An’amta ‘Ala Maiyah adalah pijakan untuk melangkah ke depan. Berangkat dari menata hati dan menjernihkan pikiran, kita makin menyadari bahwa Maiyah itu luas dan dalam. Maiyah adalah laku dan sikap hidup.” An’amta ‘Ala Maiyah digelar pada Jum’at, 26 Mei 2023, pukul 19.30 WIB di Plaza Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta.
Ndilalah kersaning Allah, ulang tahun ke-7 Suluk Surakartan Surakarta adalah rutinan edisi ke-70 dan bertepatan dengan Milad ke-70 tahun Mbah Nun. Angka tujuh hadir begitu kompak dan presisi. Sepertinya angka ini sedang menepuk punggung kita, menanyakan tentang apa yang menjadi 7-an kita bersama.
Itulah pemaknaan anak cucu Suluk Surakartan tentang berderetnya momentum serba tujuh. “Dalam khasanah kearifan Jawa, angka pitu (tujuh) dijadikan pengingat akan pitulungan (pertolongan), pituduh (petunjuk), dan pitutur (nasihat) dari Allah Swt dan Kanjeng Nabi Muhammad Saw,” tulis Redaksi Suluk Surakartan.
Pitu: Refleksi 7 Tahun Suluk Surakarta menjadi pintu masuk bagi pengembaraan nilai untuk menyuntikkan spirit baru bagi ruang tumbuh yang telah dirawat bersama selama tujuh tahun agar tetap istikamah.
“Mari berbahagia dalam segala kondisi!” ajak anak cucu di Gambang Syafaat Semarang. Acara bertajuk “Tawashulan-Kebahagiaan”, Sabtu, 27 Mei 2023, pukul 20.00 WIB, di Museum Ranggawarsita Semarang, khusus dipersembahkan untuk mensyukuri dan mendoakan Mbah Nun, semoga sehat dan terus menemani anak-anak Maiyah.
“Mari bersua di Jamparing Asih, pada Sabtu 27 Mei 2023, di Pondok Pesantren Anak Jalanan At-Tamur Kec. Cileunyi Banung,” tulis anak cucu di Jamparing Asih Bandung. Selain akan mendiskusikan tema The Web of Life, pada edisi ini, teman-teman Jamparing Asih juga menyelenggarakan Tawashshulan serentak bersama simpul-simpul Maiyah lainnya di berbagai daerah untuk mempersembahkan doa syukur milad ke-70 guru kita semua, Mbah Nun. Sebagaimana tema acara ini interkoneksi juga terjalin melalui rangkaian doa dari anak cucu untuk Mbah Nun.
Rangkaian doa dan ungkapan rasa syukur juga digelar oleh anak cucu di Juguran Syafaat Purwokerto atau lingkar Banyumas. “Mari melangkahkan kaki bersama untuk mempersembahkan doa terbaik #70TahunMbahNun,” tulis Redaksi Juguran Syafaat. Kita bawa diri kita masuk dan terlibat di dalam energi murni Tawashshulan pada Ihtifal Maiyah Juguran Syafaat pada Sabtu 27 Mei 2023 bertempat di Pondok Pesantren An-Nahl Desa Karangreja, Kecamatan Kutasari, Kabupaten Purbalingga mulai pukul 19.30 WIB.”
Selain doa-doa mengetuk pintu langit, atmosfer apresiasi dan rasa syukur muncul dari anak cucu di Cirebon dan Brebes. Pada 27 – 30 Mei 2023, anak cucu Mbah Nun di Cirebon dan Brebes akan mengadakan pameran arsip Mbah Nun berupa buku, tulisan di majalah, kaset, compact disc, dan nama-nama bayi yang telah beliau berikan kepada jamaah Maiyah di seluruh pelosok negeri. Acara pameran arsip tersebut akan berlangsung pukul 13.00 – 23.00 WIB bertempat di B Coffee (MADIA House) di Jln. Pangeran Sutajaya RT 003 RW 005 Pabuaran Lor, Pabuaran, Cirebon.
Anak cucu di Kalijagan Demak juga menggelar acara serupa: Pameran Kliping, Buku Mbah Nun, Maiyah, dan KiaiKanjeng. Acara diselenggarakan di Rumah Benawa, Kondang Wetan, Karangrejo, Wonosalam Demak, pada Jumat 26 – 28 Mei 2023, pukul 15.00 – 21.00 WIB.
“Hal ini penting dilakukan agar generasi muda yang lahir pada tahun 2000-an juga mengetahui perjalanan Maiyah dan Mbah Nun”, tutur Redaksi Maiyah Kalijagan Demak. Berbagai kliping tahun 1975 di majalah Horison, Tempo, Matra, Panji Masyarakat, Sinar, Viesta TV, Hai, Gatra, Humor dapat dinikmati anak cucu.
Cahaya Ini Allah Pemiliknya
Sesungguhnya kita tengah menghadapi fenomena apa ketika momentum rasa syukur bergerak menuju muara waktu yang sama, tanpa dikomando, tanpa diberi instruksi, tanpa diperintah siapa pun? Bagaimana “software” saling keterikatan itu bekerja dalam sunyi? Bagaimana menjelaskan “minyak” dari pohon yang diberkahi — yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat — dapat menerangi walaupun tidak disentuh api?
Mereka digerakkan oleh ikatan rasa yang sama — ikatan Simbah dan anak cucu, ikatan al-mutahabbuna fillaah — untuk bersama-sama mengkhusyuki 27 Mei, sesuai getaran atmosfer kasih sayang mereka. Atmosfer itu tidak terkonsentrasi atau menggumpal di satu atau dua lokasi, tetapi bergerak, menyebar, menyelusupi setiap celah ruang di mana anak cucu jamaah Maiyah berada. “Minyak” itu menyala di tempatnya masing-masing kendati api tidak menyentuhnya.
Mereka bisa menyala karena minyak dari “pohon” itu diberkahi: diizinkan oleh Allah untuk berdaya guna di lingkungan masing-masing, baik skala sosial-komunal maupun personal-individual. Pohon tersebut tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat. Independen. Merdeka. Berdaulat. Tidak terkooptasi oleh kepentingan blok barat dan blok timur. Tidak memihak kanan sambil menyalahkan kiri, atau sebaliknya. Tidak menyalahkan pihak lain sambil membenarkan kelompoknya sendiri, atau sebaliknya.
Pohon itu daunnya rimbun, menjadi tempat orang berteduh, tempat burung-burung membangun sarang. Minyak yang dihasilkan pohon itu menyala menjadi pelita yang bertebaran di kota dan desa, di seantero negeri. Nyala pelita tidak besar, tidak sangat-sangat benderang, tidak menyilaukan mata. Nyala cahayanya enak dipandang, berkedip-kedip seperti bintang. Pelita itu dibungkus tabung kaca yang jernih. Diasuh oleh pikiran yang jernih. Dibimbing oleh hati yang tertata bersih.
Cahaya itu Allah pemiliknya. Allahu nurussamaawaati wal ardl. Allah adalah cahaya langit dan bumi (An-Nur: 35).
Tulungagung – Jombang, 27 Mei 2023