Ruang Publik Itu Bangbang Wetan
Kemarin malam, 27 April 2022, saya diundang Mas Suko Widodo untuk gabung dalam sesi Bangbang Wetan di Kayoon Heritage, Embong Kemiri. Tempatnya cool dan ramah, walau sederhana. Ini oase tempat anak-anak muda Surabaya cangkrukan secara cerdas bermartabat. Temanya Paraona Alajarah, artinya perahu siap berlayar. Ini semacam resolusi pasca-Covid. Covid hampir meluluhlantakkan modal sosial dan budaya rakyat Indonesia.
Di tengah ruang publik yang menghilang di Kota Pahlawan ini, Bangbang Wetan menawarkan ruang publik yang hangat di mana semua lapisan masyarakat dapat bertemu akrab nyaris tanpa sekaat. Bahkan perokok pun bisa merokok di tengah-tengah bukan perokok. Hadir Cak Armuji Wakil Walikota Surabaya, Cak Meimura, Ning Sasa, Mas Seno, dan Cak Acang. Hadir kemudian Mas Joko Santoso FISIP Unair. Pembawa acaranya Mas Yasin dan Mas Aminullah.
Perumpamaan resolusi pasca-Covid sebagai perahu yang siap berlayar ini penting dan menarik. Arek Suroboyo diminta bangkit dari ancaman keterpurukan budaya. Seperti anak buah kapal, berbagi peran, terus belajar, sehat, cerdas, kreatif, peduli, dan berani mengambil tanggung jawab dengan semangat arek Suroboyo mengusir kemalasan, kebodohan, dan kemiskinan. Bangbang Wetan menjadi semacam Self Organized Learning Environment yang memberi pencerahan bagi warga kota mudanya. Ini penting agar learning loss akibat Covid-19 bisa segera dikompensasikan agar bonus demografi kita tidak menjadi bom demografi.
Surabaya perlu me-rebranding dirinya menjadi sebuah water front city yang berbeda dengan Jogja atau Bandung. Sejarah maritim Delta Surabaya ini panjang dan posisi geografinya yang unik perlu dimanfaatkan maksimal. Tantangan ruang yang perlu direspons adalah mengurangi kecekungan ruang yang diakibatkan oleh Jembatan Suramadu. Keterbelakangan Madura akan menghambat tugas-tugas ruang Surabaya sebagai connectivity node. Sebagai provinsi kepulauan Jawa Timur perlu dibangun menjadi provinsi maritim sedemikian rupa sehingga Madura menjadi kawasan baru sebagai mesin pemajuan kesejahteraan umum, dan pencerdasan kehidupan bangsa yang dibutuhkan oleh Kawasan Timur Indonesia.
Arek-arek Suroboyo perlu membangun sikap yang lebih outward looking, yang menginspirasi Indonesia, siap menyambut masa depan yang semakin menuntut kecakapan lintas-budaya tanpa kehilangan jati dirinya sendiri. Membangun bukan sekedar membangun gedung-gedung atau jalan, tapi juga memperluas kemerdekaan. Ini membutuhkan ruang publik yang lebih besar agar semua potensi kreatif warga kota yang majemuk bisa deliberated bersama untuk memperkaya khasanah dan pengalaman menyurabaya. Trotoar lebar dan jalur sepeda sebagai sarana transit serta kendaraan umum yang aman, berjaringan luas, bersih dan tepat waktu akan memperluas public space di mana keakraban sesama warga kota yang majemuk dapat tumbuh sehat. Yang penting di setiap kota yang manusiawi adalah mobilitas manusia, bukan mobilitas kendaraan pribadi.
Gunung Anyar, 28 April 2022