Pusaka Samarinda
Samarinda tepian Mahakam
Tersohor di seluruh Kalimantan
Kota Perniagaan sejak dulu kala
Kebanggaan bangsa Indonesia
Begitulah sepenggalan lirik lagu Tepian Mahakam ciptaan A.B.C. Joka. Mirisnya, belum diketahui pasti tahun berapa lagu ini tercipta (semoga ini menjadi salah satu yang bisa terungkap di sinau bareng edisi ke-31 Januari 2022).
Tersohor. Tepatnya, tersohor sebagai kota perniagaan. Hanya perniagaan? Tidak! Samarinda tidak bisa kita lihat serta merta hanya dalam bidang perniagaan. Mungkin iya, bagi yang baru akan datang ke Samarinda. Tersohor adalah dampak dari perilaku berniaga penduduknya. Prilaku niaga yang seperti apa sebenarnya yang diterapkan di Samarinda?
Di kesempatan menyambut hari ulang tahun (HUT) Samarinda ke-354, suguhan prasmanan ilmu akan mencoba mengungkapnya. Selanjutnya, apa bisa lelaku pernigaan itu diterapkan di tengah pola perniagaan kapitalis sekarang?
“Jika sudah minum air Mahakam, sejauh apapun kaki melangkah pergi akan kembali lagi ke Samarinda”. Begitulah lebih kurang kalimatnya. Mitos? Bukan. Ini kenyataan. Entah mineral apa yang terkandung di dalam air Mahakam tapi begitulah kenyataannya. Kita tau sifat air, dimanapun berada permukaannya akan selalu sama rata. Pun yang mengapung di permukaannya. Apa karena sifat air dan domisili penduduk (bermukim di permukaan Mahakam), menjadikan penduduk Samarinda hakikat sama rendah, bukan sama tinggi. Sangat mungkin. Artinya penduduk Samarinda (setidaknya dahulu) telah memahami hakikat kemakhlukan yang memang rendah. hanya Tuhan yang tinggi. Sekarang (mungkin) tidak ada pemukiman penduduk di permukaan Mahakam. Tapi, mudah-mudahan DNA sama rendahnya masih ada.
Menyandang status kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di pulau Kalimantan, tidak mungkin Samarinda tidak memiliki “pusaka”. Hindari menyangka pusaka hanya berwujud materi, ia juga sangat bisa berwujud imateri.
Rangkaian prasmanan ilmu pada sinau bareng ini kita gunakan memaknai dan menyadari, bahwa pusaka Samarinda itu ada pada diri kita semua, sebagai penduduknya.
Kembali ke Samarinda, tidak berhenti di Samarinda yang materi. Tapi juga Samarinda yang sifat ‘Sama Rendah’.
