Nama-Nama Anak Kita
Sudah berapa ratus, ribu, nama pemberian Mbah Nun? Sampai hari ini saya tidak bisa mendata dengan fixed. Ada banyak periode ‘sekretariat’ Mbah Nun. Dari era Patangpuluhan, Kelapa Gading Jakarta, Kasihan (HAMAS), dan sekarang Kadipiro (Progress). Pasti tidak mudah mendatanya. Tapi tugas sekretariat Progress adalah terus-menerus mendata dan tidak boleh menyerah. Siapa tahu dengan tulisan ini, ada orangtua yang membaca, bahwa dulu pernah dikasih nama oleh Mbah Nun. Lalu dengan ikhlas me-WA kami.
Tetapi saya tidak ingin membahas jumlah. Saya ingin cerita tentang kenyataan-kenyataan indah dibalik proses permintaaan sampai pemberian nama.
Meminta nama ke Kiai atau ke orang tua yang sangat dipercayai adalah tradisi baik. Niat baik. Pasti ada tujuan-tujuan berkah di dalamnya. Ketika kita mempercayai seseorang, pasti sudah dengan pertimbangan panjang dan dari kedalaman hati. Apa yang pertama kali diberi sudah pasti mengandung keberkahan dan otentik. Begitu juga ketika kita meminta nama ke Mbah Nun. Pasti sudah disepakati sebelumnya oleh ayah dan ibunya. Ketika anak masih dalam kandungan, para orangtua sudah membayangkan nama anaknya kelak. Di waktu santai mereka rembug. Nanti anak kita harus ada kata Muhammad ya, Bu. Eh, Yah, kalau anak kita perempuan, nanti harus ada kata Nissa ya. Dan lain lain.
Permintaaan nama ke Mbah Nun selama ini terbanyak lewat Whatsapp atau ke email redaksi. Kami mempesyarati untuk kelengkapan data-datanya. Misalnya nama kedua orangtua bayi. Alamat rumah. Detail tanggal dan jam lahir bayi. Foto bayi dan tentu jenis kelamin.
Ada yang memaksa untuk dikasih nama sebelum lahir. Karena orangtua nya sudah mengetahui jenis kelaminnya. Tapi itu tidak bisa kami layani karena kami ingin data lengkap seperti di atas.
Ada juga yang Whatsapp untuk minta referensi nama-nama bayi. “Kalau cari referensi beli buku nama-nama bayi saja Mas….”
Ada juga yang meminta saran. Mas minta saran Mbah Nun dong untuk calon nama anak kami. “Kami bukan tukang saran Mas. Kalau mau minta nama ya minta nama saja. Anda minta nama anak ke Mbah Nun kan pasti sudah pakai pertimbangan matang. Jadi apa saja nama yang diberikan nanti ya dipakai. Karena ini kan pilihan Anda. Dan lain-lain.
Ada dua ‘tragedi’ yang masih terngiang-ngiang di kepala saya bab permintaaan nama ini. Ketika sudah saya balas permintaan namanya. Ada yang menjawab, “Apa benar ini nama pemberian Mbah Nun?” Glodak. Pertanyaan aneh dan sedikit menyinggung. “Iya Mas. Benar. Mosok saya yang bikin….”
Ada Jamaah Maiyah dari Jawa Tengah meminta nama untuk anak perempuannya. Ketika sudah kami respons permintaaannya, si Bapaknya Whasapp saya. “Mas, kata… ini… saya ganti ya. Karena itu nama mantan pacar saya dulu. Istri saya tadi tersenyum membaca nama itu. “Oke Mas. Diganti saja. Mohon maaf atas ketidaknyamanan ini. Mungkin Mbah Nun tahu kalau Anda masih ingat sang Mantan….”
Terima kasih. Mohon maaf.