CakNun.com

Mungkin Pada Suatu Hari

Dari kumpulan puisi Sajak-Sajak Sepanjang Jalan

Mungkin pada suatu hari aku akan membunuh diri
Wajar saja. Itu bukan sesuatu yang luar biasa
Kita semua dekat dengannya

Bukan lantaran bosan hidup atau putus asa
Tidak ada persoalan yang seram-seram
Kecuali bahwa aku ingin segera ketemu Tuhan

Bunuh diri itu istilah yang salah kaprah
Yaa mungkin jantungku akan berhenti berdenyut
Tetapi rohku akan total dan hidup kekal

Roh dan badan bukan kesatuan
Tetapi dua dzat yang berlawanan
Yang menciptakan peperangan sepanjang hari dan malam

Roh dan badan, dunia akhirat, gairah kemerdekaan dan penjara keadaan, dilema-dilema, buah simalakama
Kita semua jadi lapangan pertandingannya

Tuhan bagaikan bermain catur

Kepala kita dipegang-pegangnya, diangkat-angkatnya
Tetapi tanpa berpikir atau berspekulasi seperti kita

Aku sering merasa penat juga
Keikhlasan dan kesabaran sering menipis
Jadi mungkin saja kelak kutempuh jalan pintas

Tinggal bagaimana tekniknya
Yang kira-kira luhur, etis, baik menurut norma
Atau jika perlu yang terasa heroik.

Yogya 77.

Lainnya

Blauran, Surabaya

Blauran, Surabaya

Apakah kamu takut bergerak supaya lehermu tak tercekik dan teriris luka? Sebenarnya hanya soal kesetiaan pada tali-tali dan
bagaimana peka terhadap gelagatnya. Mengapa begitu percaya pada matematika, sedang leher kita yang ringkih bisa hari ini
diterkam ajal tiba.

18

18

Tuhanku
aku berguru kepada-Mu
di bumi yang letih
mata sejarah yang perih
menahan luka, pisau lapar manusia
yang saling tempur, saling tindih-menindih.
siapakah dulu yang memulai
menebang hutan, berebut makan
untuk hasrat yang tak pernah tuntas
siapa itu gerangan
membikin kotak dalam kotak dalam kotak
tempat yang mengucilkan
diri mereka sendiri?
Tuhanku
pohon-pohon telah tumbang, daun-daun lepas
beterbangan
segala sumber dikuras, hari depan diperas
sampah menumpuk, beraduk dengan akar busuk
bumiku, bumimu, ompong
kehidupan adalah serigala sombong
di manakah, buat Tuhan yang sederhana saja
bisa kutemukan lorong?
Tuhanku
aku berguru kepada-Mu
berabad sudah kukibarkan bendera
lambang kematianku sendiri
kutahu dalam diam-Mu Engkau marah
ya, patutlah kami diusir
dari segenap jalan-Mu
tapi buat melarikan diri, Maha-agungku
siapakah lagi yang hendak kujilat
selain lutut-Mu?

57

57