CakNun.com

Menuhankan Pahala

Kalau beribadah dengan orientasi dan target pahala, rasanya kok kita ini — terhadap Allah — pedagang pemburu laba. Padahal, Allah kurang memberi apa kepada kita: hidung, otak, hati, lidah, duka, dan kebahagiaan. Sementara kita tak pernah dan sanggup memberi apa pun kepada-Nya, bahkan begitu malas memberi sesuatu kesejatian hakikat diri kita sendiri. Kalau obsesi kita adalah pahala dan surga, dan kalau itu kita utamakan, jadinya kok pahala itulah yang kita tuhankan. Apa tak malu kita kepada-Nya, pada akal dan perasaan kita sendiri.

Lainnya

Peragian Jiwa

Peragian Jiwa

Ramadlan, satu bulan “proses peragian jiwa”. Mencairkan kebekuan dan kekakuan egosentrisme, nafsu berkuasa, nafsu memiliki, nafsu mempertahankan sesuatu yang kita sangka kekuasaan dan kemenangan — yang esok hari akan menjerembabkan.

Dengan puasa telah kita upayakan transformasi dan transubstansi diri: dari kesadaran jisim (konsentrasi untuk mencapai segala eksistensi kewadangan), menuju manusia quwwah (aksentuasi kepenuhan budaya dan kekuasaan), dan akhirnya menjadi manusia “nur” (keberpihakan terhadap pengintian dan penyejatian langkah-langkah hidup).

Ibadah Rahasia

Ibadah Rahasia

Kalau kita membaca syahadat, melakukan shalat, berhaji atau menyampaikan zakat — yang tidak bisa dilihat orang adalah kandungan hati dan muatan pikiran kita tatkala melakukan itu semua. Tapi ibadah puasa, misalnya, hampir keseluruhannya merupakan sirr, sirrun, asrar, atau rahasia. Selain Allah, hanya masing-masing orang yang mengetahui apakah ia benar-benar berpuasa atau tidak.