CakNun.com

Lautan Jilbab (2/3)

Bagian Dua

MALAIKAT-1 :
Bukan hanya berpura-pura. Tapi menipu. Menjebak. Mengelabui. Menjegal. Menikam…

MALAIKAT-2 :
Conthongmu makin merajalela, thing pecothot. Mentang-mentang Polisi ndak bisa nangkap Malaikat ya?

MALAIKAT-1 :
Lho ini bukan soal ditangkap atau tidak. Kalau mereka berani-berani menangkap Malaikat, kita tinggal bilang: kejarlah daku, kau kutangkap!

MALAIKAT-2 :
Memang. Malaikat memang tak mungkin bisa ditangkap. Tapi kita yang akting jadi Malaikat ini lho!

MALAIKAT-1 :
Ah. Jangan berlebih-lebihan. Sebuah kekuasaan yang kuat dan canggih, tak ada perlunya dengan cacing-cacing macam kita ini.

MALAIKAT-2 :
Iya iya. Lha tapi kalau hobinya makan cacing bagaimana?

MALAIKAT-1 :
Kalau toh demikian, kita tidak akan ditangkap. Paling jauh diamankan.

MALAIKAT-2 :
Jadi malah aman ya?

MALAIKAT-1 :
Wah, kamu ini memang harus mengikuti dua macam kursus. Pertama kursus pendidikan politik. Kedua kursus ilmu hakekat.

MALAIKAT-2 :
Politik? Hakekat? Makrifat?…

MALAIKAT-1 :
Begini lho. Kalau besok kamu bertugas ronda di bumi, kalau kamu mendengar kata aman, itu artinya bukan aman…

MALAIKAT-2 :
Lho!…

MALAIKAT-1 :
Diam dulu. Nanti aku bredel kamu ngeyel terus. Kalau kamu mendengar kata – misalnya – kenaikan harga: itu artinya penyesuaian harga. Jadi bukan kok harga barang-barang dinaikkan, melainkan disesuaikan.

MALAIKAT-2 :
Disesuaikan dengan apa?

MALAIKAT-1 :
Disesuaikan dengan kantong rakyat yang makin tebal berkat pembangunan.

MALAIKAT-2 :
Lha kalau rakyat yang kantongnya makin tipis dan mlarat?

MALAIKAT-1 :
Gampang! Tak usah beli apa-apa. Jadi tidak terkena urusan penyesuaian harga.

MALAIKAT-2 :
Jadi paham aku sekarang.

MALAIKAT-1 :
Paham apa?

MALAIKAT-2 :
Kalau ada orang kekurangan pangan, ya jangan makan. Dengan demikian ia bebas dari soal kekurangan pangan.

MALAIKAT-1 :
Kemudian begini. Kalau nanti kamu mendengar kata pemberangusan, itu arti sebenarnya adalah kebijaksanaan.

MALAIKAT-2 :
Betul. Manusia memang selalu belajar bagaimana memberangus secara bijaksana. Persis seperti manusia belajar melakukan zina secara halal…

MALAIKAT-1 :
Husy! Jangan bergurau. Ini serius. Kamu mendengar kata pemaksaan, itu sesungguhnya kesepakatan.

MALAIKAT-2 :
Memang. Memang orang harus dipaksa untuk bersepakat. Demi kesepakatan, pemaksaan itu wajib hukumnya.

MALAIKAT-1 :
Kamu pasti juga sering mendengar kata korupsi, kan? Itu artinya pemerataan. Atau amal pembagian.

MALAIKAT-2 :
Manis sekali. Amal. Amal. Amal kepada diri sendiri.

MALAIKAT-1 :
Atau barangkali kamu pernah mendengar soal penggembosan kekuatan politik? Itu bukan digemboskan, tapi disatukan. Istilahnya: deprimordialisasi dan integrasi nasional.

MALAIKAT-2 :
Tauhid.

MALAIKAT-1 :
Kok tauhid?

MALAIKAT-2 :
Benar tho? Tauhid kan artinya penyatuan.

MALAIKAT-1 :
Ya, tapi lain maksudnya.

MALAIKAT-2 :
Kenapa lain? Tauhid, penyatuan seluruh masyarakat di dalam negara. Kemudian lewat asas tunggal, masyarakat dan negara itu melakukan penyatuan dengan Tuhan. Klop tho?

MALAIKAT-1 :
O, ya ya. Baru aku tahu. Pantas manusia-manusia di negeri itu selalu meneriakkan slogan tinggal landas. Itu maksudnya pasti meninggalkan landasan untuk terbang menuju Tuhan.

MALAIKAT-2 :
Pulang ke rahmatullah.

MALAIKAT-1 :
Luar biasa itu negeri. Kalau begitu semoga jangan sampai di antara rakyatnya yang tinggal kandas.

Lainnya

“HONOCOROKO”

“HONOCOROKO”

Mana yang paling hebat atau unggul? Apakah buahnya lebih hebat dari daunnya? Apakah bunganya lebih unggul dari dahan dan rantingnya?

Perahu Retak (15/17)

Perahu Retak (15/17)

Lima belas

(Di suatu tempat yang remang-remang, Ki Mondoroko Juru Martani menemui dua tamunya, Syech Jangkung dan Kiai Tegalsari)

MONDOROKO : Betapa aneh perbincangan yang Kiai dan Syech usulkan.