Merasakan Rasa dan Arti Kehilangan
Duka Nusantara adalah duka Mafaza. Kami yang berada di rantau pun merasakan kesedihannya. Setiap hari menerima kabar duka dari Tanah Air baik dari keluarga terdekat, kerabat, sahabat maupun tokoh dan figur publik, juga para guru tercinta dari kalangan teman-teman Maiyah.
Belum genap 100 hari mengenang kepergian Kyai Muzammil, kami seolah diberi daftar nama kepergian mereka yang telah menjemput keabadian dan mungkin sekarang sedang bermaiyah di surga. Entah bagaimana kami yang masih berjuang di dunia harus mengolah rasa.
Rasa sedih pasti kami rasakan karena kita manusia yang merasa memiliki. Tetapi ada juga rasa berterima kasih kepada beliau-beliau yang telah mendahului kita karena mereka adalah teladan bahwa kesetiaan hidup kepada Tuhan akan membawa kita pada kebahagiaan abadi. Berita duka yang baru saya dengar datang dari keluarga Mas Beben Jazz.
Meski saya tidak kenal secara personal tapi saya sempat nonton video youtube penampilan beliau dengan Mbak Inna Kamarie dalam acara Kenduri Cinta Jakarta beberapa tahun lalu. Mbak Inna yang dulu saya kenal sebagai penyanyi salah satu grup vokal ternama, ternyata istri Mas Beben, yang kini juga giat maiyahan. Sejak itu saya baru tahu kalau Mbak Inna ternyata memang penyanyi aliran musik Jazz dengan suara yang sexy, merdu pun cantik rupawan.
Dalam tulisan ini, saya ingin menyampaikan rasa empati dan turut berduka atas meninggalnya Mas Beben, semoga beliau khusnul khotimah, dan Mbak Inna beserta keluarga diberi kemudahan menjalani hidup oleh Allah Sang Maha Berkehendak. Tulisan ini adalah dari salah satu perempuan yang juga ngaji bersama teman-teman maiyah, menuturkan bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang kita cintai.
Saya juga pernah kehilangan calon jabang bayi karena keguguran ketika hamil kurang lebih hampir 3 bulan. Perasaan kehilangan jabang bayi yang belum wujud ke dunia saja begitu menyayat hati, bahkan sampai sekarang saya pun masih sering menangis ketika mengenang melarung “jenazah” janin ke laut di Kota Almere, apalagi Mbak Inna yang setiap hari bertemu kekasih tercinta, sigarane nyowo, sudah pasti lebih menyayat hati. Namun saya yakin, bersama teman-teman maiyah juga doa-doa dari Mbah Nun, Mbak Novia dan seluruh keluarga besar yang melingkari Mbak Inna, masa berduka saat ini akan lebih mudah untuk dijalani.
Ketika saya berduka baik kehilangan jabang bayi tahun 2020 maupun saat Ayah saya meninggal dunia tahun 2019, Lagu Letto dan Mas Sabrang yang berjudul Memiliki Kehilangan menjadi salah satu pelipur lara. Boleh dibilang lagu ini sekarang menjadi soundtrack yang tepat bagi kesedihan-kesedihan yang sedang kita alami karena kehilangan orang-orang terkasih.
Dalam lirik lagu tersebut, Mas Sabrang berpesan bahwa rasa kehilangan hanya akan ada jika kita merasa memilikinya. Benar adanya tapi tidak mudah untuk dijalani dan mau gak mau harus tetap dijalani. Kalau kita menengok jauh ke belakang, di mana masa-masa para Kekasih Allah seperti kisah kehilangan Ibunya Nabi Musa, Jochebed – Bible, yang harus rela berpisah dengan anaknya agar selamat dari ancaman Raja Firaun, kisah Ibunda Nabi Ismail, Siti Hajar, yang harus berpisah dengan suami tercinta di padang gersang, dan tentu kisah Rasulullah sendiri berpisah dengan istri tercinta, Siti Khadijah. Allah sudah memberi teladan tentang bagaimana menyikapi kehilangan, berpisah dan pada akhirnya akan bersatu kembali suatu saat.
Kematian, kelahiran, perpisahan dan pertemuan adalah lingkaran yang melingkupi kehidupan manusia. Kita tidak bisa mengatur kapan kita dilahirkan, tak juga mampu menentukan kapan ajal menjemput, yang bisa kita lakukan hanyalah berbuat baik di dunia sebagai tiket pulang ke akhirat. Kita jadi teringat pesan Mbah Nun bahwa kita ini sedang outbound di dunia dan nanti akan kembali ke akhirat, oleh karena itu persiapkanlah kepulangan kita dengan sebaik-baiknya.
Dari teman-teman maiyah saya juga banyak belajar tentang bagaimana menjalani fase-fase kehidupan tersebut dengan damai dan merdeka, maksudnya tidak terlalu excited ketika gembira, dan tidak terlalu depressed ketika berduka, karena ada Allah yang Maha Penjaga.
Memaknai kembali lirik lagu Memiliki Kehilangan, manusia bersedih ketika ditinggal pergi karena kita merasa memiliki. Sebagai manusia kadang kita lupa bahwa semua yang lekat pada diri ini hanyalah titipan Allah, pinjaman yang suatu saat akan diminta. Allah juga menegaskan dalam salah satu ayat Al-Qur’an, bahwa dunia, anak-anak dan apa yang kita cintai adalah bagian dari ujian, ujian kesetiaan kepada Tuhan, apakah kita benar-benar menjadikan Allah sebagai puncak cinta kita atau justru kita sedang selingkuh kepada Tuhan?
Astaghfirullahaladzim… Innalillahi wa inna ilahi rojiun.
La Ilaha Ilallah Muhammadur Rasulullah.