Menemukan Motif dalam Radar Sensitivitas Diri


Hubungan Kepekaan dan Agama
Giliran Gus Hafi dari Watucongol memberikan respons terkait tema. Pertama-tama Gus Hafi melihat bahwa kesensitifan itu tergantung pada latar belakang seseorang yang berbeda-beda pula. Gus Hafi kemudian memberikan contoh jika kita melihat dunia pesantren secara seksama, maka kita akan mendapati banyak para kiai ataupun ulama memiliki gaya yang berbeda-beda oleh suatu sebab yang pasti berbeda pula.
Gus Hafi kemudian melanjutkan kalau bagaimanapun juga, keinsensitifan atau ketidakpekaan kita terhadap insentif dari Tuhan, tetap tidak akan bisa terlepas dari agama. Diambil dari salah satu kitab, Gus Hafi menyampaikan bahwa tafakur atau berpikir sejenak di malam dan siang hari lebih baik dari ibadah seribu tahun. Kenapa? Kalau kenyataannya dalam agama kita tetap dituntun untuk terus mencari ilmu dan melatih kepekaan-kepekaan atas kelembutan yang telah banyak diberikan.
Kemungkinan adanya ketidakpekaan itu menurut Gus Hafi ada dua; pertama, karena memang malas belajar; atau kedua, karena memang bawaan dari orang tua. Sebab, senakal-nakalnya seseorang pasti tidak akan keblabasan selama masih beragama. Ada peran penting agama menjadi emergency break atau remnya manusia. Dan kalau kita sudah percaya dan meyakini, maka menurut Gus Hafi, “kepekso ngibadah luwih apik daripada tidak melakukan sama sekali.”
Sinau Bareng untuk Melihat Celah dan Kesempatan
Malam semakin larut, sedang di luar ruangan hujan masih setia menemani berlangsungnya acara. Akan tetapi hal keadaan tersebut nampaknya tak menghalangi niat bagi dulur-dulur yang merindukan suasana sinau bareng. Malam pun penuh kegembiraan sehingga mampu menciptakan kehangatan yang menenggelamkan dinginnya cuaca wilayah Borobudur.
Mas Sani, seorang seniman lukis sekaligus musisi ikut memeriahkan acara malam itu, diiringi alunan biola Mas Sigit dan petikan bass dari Mas Budi (ketiganya merupakan bagian dari grup musik Jodokemil), menambah syahdunya suasana malam yang mungkin saja telah lama dinanti oleh sebagian dulur-dulur yang hadir.
Pak Adi selanjutnya membuka kesempatan bagi dulur-dulur yang mau bertanya. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan karena kehadiran Mas Sabrang dan Gus Hafi, beberapa nampak langsung mengangkat tangan kanannya. Kuota 3 pertanyaan diberikan oleh Pak Adi pada sesi awal tanya jawab. Setelah penjelasan yang cukup menarik baik dari Mas sabrang ataupun Gus Hafi, beberapa pertanyaan mulai menyusul menambah keseruan suasana meski waktu semakin larut.
Sesi ini bisa disaksikan kembali di channel youtube Maneges Qudroh, karena pastinya banyak hikmah pelajaran yang bisa didapat dari jawaban kedua narasumber. Hingga sesi ini ditutup dengan bonus dua lagu Letto Ruang Rindu dan Sebelum Cahaya langsung oleh vokalisnya, yakni Mas Sabrang.

Insensitif atau ketidakpekaan bukan hanya disebabkan oleh faktor insentif, apalagi bila dikerucutkan menjadi materi atau uang. Sebab insentif itu ada karena sebuah motif, sedangkan motif sendiri ada yang dari luar dan dalam diri. “Ketika kamu sudah menemukan motif dalam diri, kamu akan belajar kapanpun, setiap saat,” pesan Mas Sabrang. Ketika insentif terbatasi dalam wilayah ekonomi, dan kebetulan ada yang menanyakan terkait ekonomi maiyah, Mas Sabrang menanggapi, bahwa Maiyah bukanlah perusahaan, bukan pula ormas.
Diam bukan berarti tidak melakukan sesuatu. Kita Sinau Bareng untuk melihat celah dan kesempatan. Lagi-lagi semua tentang keseimbangan, dan kasih porsi yang tepat saat mengeluarkan energi. Mas Sabrang meminta untuk mengambil mulai dari dua hal yang mampu membuat diri lebih baik, lalu lakukanlah. Setelah selesai, ambil dua lagi, dan seterusnya. Sebab menurut Mas Sabrang kebiasaan-kebiasaan kecil itulah yang akhirnya akan membuat perubahan pada diri kita.
Tak terasa waktu sudah jauh melebihi tengah malam, sebagai pungkasan prosesi pemotongan tumpeng dilakukan sebagai wujud syukur Selasan Maneges Qudroh yang sudah berusia dua tahun. Kemudian ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Gus Hafi. Banyak hal yang spesial atau bahkan keajaiban yang bisa dirasa bersama pada rutinan kali ini, terutama setelah jeda beberapa waktu. Semoga segera kita semua diperjumpakan kembali untuk kembali merajut keajaiban baru, maturnuwun.
Daarus Sundus, 16 November 2021