Manifestasi Pintu Menuju Allah dan Kanjeng Nabi Muhammad
Jamaah diajak untuk selalu memiliki pijakan jelas sebelum mengucapkan sebuah kalimat atau ungkapan. Setiap ayat harus di-breakdown untuk menemukan hikmah. Mungkin saja setiap orang memiliki pemaknaan berbeda.
Terakhir, Mbah Nun menjelaskan tentang persentase diterimanya doa seseorang. Tidak ada indikator pasti agar doa seseorang bisa dikabulkan Allah. Doa panjang yang dibacakan ustadz atau kyai belum tentu langsung dikabulkan. Bisa jadi orang yang terlihat biasa dan doanya pendek langsung diterima. Mbah Nun menilai mungkin ada beberapa faktor kenapa doa seseorang belum diijabahi Allah; 1. Ada landasan dan persyaratan doa yang belum terpenuhi, 2. Pilihan doanya mungkin salah, 3. Posisinya dengan Allah belum kompatibel untuk dikabulkan. Beliau menyatakan bahwa doa yang baik adalah yang menirukan ayat Allah. Secara tidak langsung, dia telah menyenangkan Allah.
Analoginya seperti seorang pelukis yang sedang mengadakan pameran. Dia akan senang jika lukisannya dilihat dan dipuji orang lain. Seorang musisi akan bahagia ketika lagunya dinyanyikan musisi lain. Seseorang yang ingin diijabah keinginannya, tidak perlu meminta tapi hanya fokus menyenangkan Gusti Allah, salah satunya dengan membaca ayat-ayat-Nya.
Mbah Nun kemudian mulai membagikan tadabburnya terhadap kandungan Surat Al-Qadr. “Lailatul qadr. Lailatul kan artinya bengi, berarti peteng, surut, berarti sedih. Kalau awan kan padang.” Di sisi lain beliau menjelaskan bahwa qadr bermakna kemuliaan atau terang. Mbah Nun selanjutnya menambahkan, “jadi hidup ini kan Anda mengalami siang-malam-siang-malam bergantung situasi waktu dan psikologis kejiwaan Anda. Mudah-mudahan dengan membaca surat ini, kalau Anda mengalami lailah, Allah akan memberikan qadr-nya. Iku jenenge Laitul qadr. Qadr itu kan ketentuan.” Simbah berdoa jika ada jamaah yang sedang mengalami kegelapan, kebingungan, stress, kebingungan, atau kebuntuan, semoga Allah berkenan memberikan qadr atau ketentuan untuk menolong. Penjelasan beliau sampai pada sebuah pemahaman baru, bahwa malam lailatul qadr tidak hanya bermakna administratif pada tanggal-tanggal ganjil di bulan Ramadhan. Namun bisa datang kapan saja dan pada siapa saja.
“Salāmun hiya ḥattā maṭla’il-fajr.” Mbah Nun kembali mengutip ayat kelima surat Al-Qadr. “Tak dongake kowe ki mengalami fajr. Allah memberikan semburat fajar kepadamu. Baik soal kehidupan ekonomi, rumah tangga, kesehatan dan yang lain.”
Sebuah penjelasan yang mungkin jarang diketahui jamaah mengenai tadabbur Surat Al-Qadr. Mbah Nun menganjurkan jamaah untuk membaca Surat Al-Qadr sebanyak 10 kali sebelum tidur. Semoga Allah hadir di dalam mimpi jamaah dan mendapatkan maṭla’il-fajr dari Allah.
Mbah Nun memberitahu tentang dua jenis orang yang tidak akan diberi adzab oleh Allah. Mas Helmi yang turut hadir, dimintai tolong Simbah untuk mengutip Surat Al-Anfal ayat 33. Wa mā kānallāhu liyu’ażżibahum wa anta fīhim, wa mā kānallāhu mu’ażżibahum wa hum yastafirun. Mereka adalah orang yang bershalawat dan beristighfar. Mbah Nun kembali berbagi agar jamaah sebisa mungkin membaca istighfar 9x, shalawat 9x dan hasbunallah wani’mal wakil ni’mal maula wani’man nashir 9x, setelah shalat dan sebelum tidur.
Happy Milad Gambang Syafaat ke-22
Jamaah yang dipimpin Mbah Nun kemudian membaca Al-Qadr bersama-sama. Pemotongan tumpeng dan pembagian nasi bungkus ke jamaah merupakan bentuk rasa syukur Gambang Syafaat karena telah diberikan kekuatan Allah, sehingga mampu istiqamah berjalan dari 25 Desember 1999 – 25 Desember 2021, menemani jamaah dalam memburu keberkahan Allah dan berusaha gondelan klambine Kanjeng Nabi.
Mbah Nun memberikan potongan tumpeng yang telah didoakan kepada Pak Syechjen Gambang Syafaat Semarang, Mas Roni Glenpo. Di kalangan penggiat, mungkin sudah sangat familiar dengan Mas Roni, namun lain cerita dengan jamaah. Beliau adalah orang yang sangat sulit ditemui jamaah ketika acara berlangsung, terlebih di atas panggung. Pak Syechjen, panggilan akrab oleh para pegiat, selalu bersembunyi di balik layar.
Jamaah bisa berjumpa dengannya hanya saat sebelum-sesudah acara selesai. Jika meminjam ungkapan Kang Ali Fatkhan, Mas Roni adalah salah satu operator kegembiraan yang dimiliki Gambang Syafaat. Beliau lebih banyak bekerja di balik layar, mengkoordinir para penggiat yang lain. Beliau merupakan salah satu figur bapak bagi para penggiat Gambang Syafaat.
Banyak yang tidak terlihat dibandingkan yang terlihat. Begitulah kiranya ungkapan yang tepat untuk mencerminkan Gambang Syafaat. Ada banyak penggiat yang ikut nyengkuyung keistiqamahan Gambang Syafaat selama 22 tahun berjalan, namun tidak pernah diketahui oleh jamaah bahkan penggiat yang lain. Mas Ali sebagai perwakilan pegiat Gambang Syafaat juga menyerahkan sebuah buku yang berjudul ‘Seribu Pintu Satu Rumahnya’. Buku yang berisi kumpulan tulisan para penggiat dan jamaah Gambang Syafaat. Bentuk pelaksanaan amanah dari salah satu marja’ Maiyah, Alhmarhum Syaikh Nursamad Kamba.