Maiyah untuk Umat Manusia
Tahun 1996 saat masih SMA terpaksa diseret seorang kawan untuk hadir di pengajian Maulid Nabi di Tugu Pahlawan Surabaya. Katanya akan ada Cak Nun yang akan jadi pengisi acara. Walaupun tanpa mengerti siapa Cak Nun dan apa yang dibicarakan selama acara itu, entah kenapa saya saat selesai acara seperti ada magnet yang menarik hati ini.
Ingin rasanya memeluk tubuh dan mencium tangan beliau. Lama berselang setelah tenggelam di dunia hiruk-pikuk yang tak berujung, tepatnya tahun 2007 saat melintas di daerah Sidotopo terdengar suara yang tidak asing seperti suara saat pertama kali mendengarnya tahun 1996.
Ya betul, saat itu ada acara pengajian Cak Nun dan KiaiKanjeng di Sidotopo, dan akhirnya dapat menyaksikan Cak Nun untuk kedua kalinya. Dan, itulah momentum di mana Tuhan memperjalankan untuk terus bersama Maiyah. Yang paling membahagiakan dan saya rasakan adalah pelan-pelan Allah menata segala aspek kehidupan saya, mengubah cara hidup dari yang dulu begitu liar menjadi lebih mengerti bagaimana semestinya, mengubah cara berpikir dalam menghadapi masalah apapun menjadi lebih tenang.
Kadang merasa heran bagaimana bisa hanya mengikuti Maiyah Allah mengubah segala kehidupan saya. Sempat beberapa kali mengajak anak-anak muda di kampung untuk ikut Maiyahan, dan alhamdulilah sampai sekarang anak-anak muda itu terus ikut Maiyahan.
Dan, seperti yang saya rasakan, saya mengamati anak-anak itu pun hidupnya berubah seperti yang saya alami. Lebih santun dalam hidup, tidak kemrungsung seperti saat-saat sebelum ikut Maiyahan dan yang paling sering saya saksikan dari anak-anak itu adalah lebih manut ke orangtuanya. Bahkan orangtuanya ada yang berpesan secara langsung kepada saya “tolong sampean jak ngaji terus yo mas anaku”. Itu pesan yang disampaikan kepada saya.
Itu sedikit refleksi saya terhadap Maiyah.
Semoga Allah meridhoi perjuangan Mbah Nun dan Maiyah.
Puji syukur kepada Allah yang mempertemukan saya dengan Maiyah. Terima kasih untuk Rasulullah. Terima kasih untuk Mbah Nun dan Maiyah.
“Maiyah untuk umat manusia.”