CakNun.com
Silaturahmi Penggiat Simpul Maiyah 28 Maret 2021

Harus Kita Temukan Mantiq dari Allah

Amin Ungsaka
Waktu baca ± 3 menit

Aku seng jalok ketemu awakmu kabeh rek. Mergo aku seneng ketemu awakmu. Aku pingin ngrungokno perkembanganmu selama pandemi. Tapi kan aku gak mungkin nekani nang simpul siji-siji.

Foto: Adin (Dok. Progress).

Maka Mbah Nun minta tolong ke Koordinator simpul untuk mengadakan silaturahmi penggiat Simpul Maiyah yang dibagi menjadi beberapa wilayah.

Hari ini (28/3) adalah hari pertama Koordinator Simpul merespon permintaan Mbah Nun tersebut dengan mengadakan acara Silaturahmi Penggiat Jawa Timur-Bali di Gedung Gladiol Convention Hall, Sukodono, Sidoarjo.

Berdasarkan data presensi simpul yang hadir: BangbangWetan (Surabaya), Jembaring Manah, (Jember), Sulthon Penanggungan (Pandaan), Batu Aji (Batu), Paseban Majapahit (Mojokerto), Semesta (Lamongan), Serdadu Cinta(Bojonegoro), Jimat (Tuban), Paddhang Ate (Bangkalan), Damar Ate (Sumenep), dan Damar Kedhaton (Gresik). Masing-masing mengirimkan perwakilannya empat orang.

Acara tadi siang berlangsung dengan disiplin mematuhi protokol kesehatan. Penggiat Simpul Maiyah yang baru datang langsung mencuci tangan sebelum masuk ruangan, juga dilakukan pengecekan suhu tubuh, dan ketika sudah berada di dalam ruangan mereka duduk berjarak serta wajib mengenakan masker. Melihat disiplinnya teman-teman penggiat Simpul Maiyah ini, Mbah Nun pun menyampaikan; “sejak kita memutuskan hidup bersama, mulai banyak perbedaan yang tidak sama, tidak suka dan kita harus mau melakukannya.”

Maka keputusan hidup bersama Indonesia dan pandemi yang sedang berlangsung ini kita harus bersedia melakukannya. Walaupun sebenarnya protokol itu tidak kita senangi. Sebab menurut Mbah Nun, dari kebersamaan itu lahir kebijaksanaan hidup untuk menyeimbangkan ketidaksukaan kita terhadap yang berlangsung.

Perwakilan simpul yang hadir tampak antusias mengabarkan perkembangan simpulnya selama pandemi. Diawali dari perwakilan Damar Ate yang menyampaikan bahwa selama pandemi tetap melangsungkan rutinan seperti biasa. Sebab protokol di Madura khususnya di desa lebih longgar dan memungkinkan situasinya untuk menyelenggarakan rutinan. Langkah kebijaksanaannya yaitu dengan tidak mempublikasikan poster dan foto rutinan ke media sosial. Namun demikian, pada saat berkumpul rutinan semuanya yang hadir tetap mematuhi protokol kesehatan.

Foto: Adin (Dok. Progress).

Kedua, dari perwakilan Damar Kedhaton menyampaikan bahwa selama pandemi mengadakan sinau tematik. Sinau langkah praktis untuk menghadapi dampak pandemi seperti PHK massal. Misalnya sinau ternak lele, sinau nglinthing, tembakau, dll. Selain itu juga mereka mengamalkan wirid Maiyah ketika ziarah ke Makam-makam wali dan ulama di Gresik.

Ketiga, dari perwakilan Paseban Majapahit menyampaikan bahwa selama pandemi aktivitas yang dilakukan adalah merintis berdirinya lumbung pangan. Inisiatif membangun lumbung pangan itu karena banyak di antara Jamaah Maiyah Simpul Paseban Majapahit yang pekerja pabrik dan terpaksa diberhentikan. Tujuan dari lumbung pangan itu adalah untuk setidaknya turut membantu beban teman-teman yang terdampak PHK agar tetap bisa menyambung hidupnya, di tengah langkah-langkah praktis yang diambil ke depan setelah diberhentikan dari pekerjaannya.

Aku seneng rek nyawang awakmu berproses iki,” ungkapan Mbah Nun setelah mendengar berbagai cerita perkembangan dan ubet dari perwakilan simpul itu. Mbah Nun lalu mewedar dan mengajak penggiat Simpul Maiyah yang hadir untuk masuk pada pintu sinau bareng dengan memahami bahwa sesuatu yang kita hadapi saat ini sebagai ujian. Sewajarnya di dalam ujian, tentu ada yang lulus dan ada yang tidak.

Mbah Nun mengajak untuk lebih dalam merumuskan apa yang kita alami ini apakah bagian dari ujian, cobaan, hukuman, atau bombongan dari Allah.

Harus kita temukan mantiq dari Allah. Kita lebih memilih kepastian atau ketidakpastian hidup dari Allah? Kebanyakan orang selama ini maunya kepastian yang dinamis. Padahal sebenarnya kepastian itu statis, sedangkan ketidakpastian itu dinamis. Kalau ingin dinamis harus siap menghadapi ketidakpastian.

Apapun kesulitan yang Anda alami, hadapi dengan sabar dan shalat. Di dalam sabar kita dapat menemukan hakikat shalat. Di dalam shalat kita bisa mengenali makna sabar. Sebab kedua hal itu begitu dinamis dan berdialektika,” Mbah Nun nyangoni langkah-langkah konkret di penghujung acara.

Pukul, 13.24 WIB, acara ditutup dengan bershalawat bersama dan setelah itu semua yang hadir dipersilahkan menikmati hidangan yang telah disediakan.

Sidoarjo 28 Maret 2021

Lainnya

Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit

Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit

Setelah Wirid Wabal yang dipandu Hendra dan Ibrahim, Kenduri Cinta edisi Maret 2016 yang mengangkat “Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit” kemudian dimulai dengan sesi prolog.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta

Topik