Dengan Kesehatan yang Sehat
Dan yang asyik adalah ketika ada festival sastra Jakarta. Ada teman sedang mendapat treatment refleksi ketika Tan Lio Le yang muridnya Umbu dari Bali datang dan ikut nimbrung. Teman penyair Purwokerto hanya mengandalkan intuisi dia, tidak tahu titik urat yang dia sentuh namanya apa. Tapi Tan tahu betul nama titik simpul urat ini. Saat penyair Purwokerto beraksi, dengan fasih Tan menyebut titik titik urat ini dengan nama bahasa Cina. Saya langsung ingat adegan film Kungfu Master. Sampai kemudian teman penyair Purwokerto refleksinya bergaya agak akrobat, Tan yang suka melagukan puisi Umbu ini terus menjelaskan dengan istilah leluhur dia.
Hanya kemudian satu hal yang saya ingat ternyata ada satu bagian dari badan kita terhubung dengan banyak organ vital. Dia menyebutkan syaraf nomor sekian.
Ini menambah pengetahuan saya tentang ilmu usada atau pengobatan timur yang ternyata banyak sekali varian dan modelnya.
Mulai dari refleksi atau pemijatan dari arah kepala. Beberapa titik di wajah terhubung dengan organ vital. Saya sering melakukan eksperimen ketika agak pusing atau sakit di bagian dekat mata. Ketika saya sentuh ada bagian tubuh lain memberi respons. Demikian juga sekitar hidung yang dengan sentuhan dan tekanan tertentu dapat memudahkan proses buang air besar. Titik lainnya juga sering membuat saya terkejut ketika saya sentuh dan saya tekan dengan kekuatan tertentu.
Kemudian bagian atas dan belakang kelapa yang dalam peta meridian tusuk jarum klasik titik-titiknya banyak sekali dan masing-masing titik punya nama dan terhubung dengan organ tertentu. Karena tidak hafal saya mencari sendiri dan saya menemukan ada titik yang kalau dibasahi dan ditekan sedikit saja bisa membersihkan kandung kemih. Ini saya temukan ketika mandi keramas.
Bagian tangan pun menyembunyikan titik penting. Suatu hari ketika saya datang ke Menturo menjelang pengajian Padhangmbulan diminta istirahat di ruang istirahat belakang di semacam mess. Kepala saya pusing karena pengaruh angin nakal yang masuk ke dalam tubuh. Ada tamu dari Jawa Barat mengajari saya memijit bagian jari untuk mengusir pusing. Kemudian ketika Mohammad Sobary datang ke Yogya, sebelum naik panggung Mocopat Syafaat saya bilang ke dia kalau perut seperti kena maag. Kang Sobary yang sebagai antropolog mempelajari keterampilan dan ilmu macam-macam termasuk ilmu refleksi tubuh, dia langsung memegang tangan saya dan beraksi pada bagian dalam telapak tangan sehingga rasa tidak enak di perut hilang.
O ya, ada petugas penjualan obat herbal yang terlatih mendeteksi penyakit orang dengan berbekal alat elektronik menyentuh beberapa titik di telapak tangan kemudian dia bisa mengatakan kalau saya sakit anu ditambah sakit itu plus sakit itu dan ini itu sehingga saya diperlakukan sebagai pasien yang memborong penyakit dan ini dapat disembuhkan kalau saya minim kapsul herbal dosis tinggi dengan harga yang tinggi pula. Kalau saya mau membeli obat herbal ini saya mendapat bonus dipijat refleksi di punggung dan belakang kepala, mirip dengan bonus yang saya dapatkan ketika saya mengikuti manasik umroh di sebuah travel perjalanan umroh dan haji dulu.
Pada bagian telapak kaki dan kaki juga menyembunyikan titik penting yang terhubung dengan organ vital dalam tubuh. Beberapa saya coba dan hasilnya adalah membuat badan nyaman. O ya, saya pernah diberi tahu orang Kebumen yang sedang memijat mantan guru ngaji saya. Saya diberi tahu kalau kaki kiri dekat kencet ada hubungannya dengan sakit perut dan kaki kanan ada hubungannya dengan dada atau paru-paru. Pernah saya coba waktu naik bis malam yang dingin karena AC perut saya sakit. Saya pijat kaki kiri saya sampai rasa sakit di perut berkurang dan menghilang. Dan dalam perjalanan pulang dari Ternate naik pesawat terbang delapan jam karena pesawat mampir Jakarta lalu ganti pesawat terbang jurusan Bali turun di Adisucipto saya terpaksa mempergunakan jurus refleksi untuk menetralkan tubuh.
Pengetahuan saya tentang pengobatan timur makin hari makin bertambah justru karena saya menderita sakit. Khasiat kunir, sirih, jahe, sere, bahkan kolang-kaling dan madu misalnya saya ketahui karena saya pernah sakit dan sembuh karena kombinasi rempah ini.
Suatu hari anak saya batuk dan dinyatakan ada flek di dada. Memerlukan pengobatan intensif dalam waktu berbulan-bulan. Kemudian saya konsultasi dengan yang ahli pengobatan Timur. Disarankan untuk diobati dengan daun lenglengan dikukus dengan jeruk nipis dikupas dan diberi gula batu. Tentu dengan dosis ketat, tidak boleh berlebihan dan tidak boleh kurang. Kemudian pakai kain diperas, keluar minyaknya. Diminumkan ke anak saya. Batuk sembuh dan flek bersih lebih cepat.
Sayang pohon ini sulit didapat. Banyak yang tidak tahu khasiatnya sebagai pereda dan pembersih batuk, mereka membabat habis pohon ini di pematang sawah.
Waktu saya masih bekerja di penerbit Bentang Budaya yang kantornya waktu itu Sambilegi timur ringroad timur Yogya saya masih menemukan pohon lenglengan ini tumbuh subur di kiri kanan jalan kampung perumahan. Saya mencoba mencabut pohon ini dan saya tanam di rumah. Ternyata tidak hidup.
Ada suatu tempat di kompleks Keraton Kasultanan yang di musim hujan tumbuh ratusan pohon ini sehingga kawasan ini jadi hijau subur. Saya kalau jalan kaki keliling kompleks keraton senang sekali melihatnya. Ee, tahu-tahu entah oleh siapa pohon ini ditebang habis. Saya menangis dalam hati. Sebab saya bayangkan dulu ada bangsawan Keraton yang mewarisi pengetahuan pengobatan Timur yang sengaja merawat pohon ini, bersama dengan pohon lain yang bisa meredam asam urat, tetapi bangsawan itu tidak mewariskan pengetahuannya tentang pengobatan Timur sehingga anak cucunya buta huruf alam (pepohonan berikut binatangnya) yang sesungguhnya merupakan obat herbal gratis sekaligus manjur.
Suatu hari cucu saya kena penyakit kulit semacam campak, diberi treatment dengan pengobatan Barat malahan makin parah. Lalu konsultan kesehatan yang ahli pengobatan Timur memberi saran agar saya mencari sebuah pohon yang hanya tumbuh di pantai selatan. Saya bersama seorang teman NM mencari pohon itu dan sebagai mantan pecinta alam saya dan teman itu menyusuri pantai dan menemukan pohon dimaksud. Saya bawa pulang, ditumbuk diberi adas pulowaras lalu dibalurkan ke tubuh cucu saya. Dalam beberapa menit sakitnya mengering.
Demikian juga ketika saya ada masalah dengan organ tubuh yang penting. Disarankan minum rebusan akar rumput tertentu dicampur daun tertentu dan daun yang tumbuh di pinggir jalan, sakit saya berkurang dan sembuh. Demikian juga ketika saya pernah menderita vertigo ringan. Disarankan membeli buah tanaman di pasar Beringharjo, lalu saya rendam di air panas, didiamkan, sepuluh jam kemudian diminum dan Alhamdulillah vertigo bablas bersama angin atau gone with the wind, eh mirip judul film kolosal yang pernah saya tonton di midnight suatu malam tahun baru ketika saya masih muda dulu
Mendapat banyak fakta seperti ini dan setelah mengidentifikasi siapa-siapa yang mewarisi pengetahuan pengobatan Timur saya menemukan jejak bahwa pengetahuan dan keterampilan mempergunakan ilmu pengobatan Timur adalah salah satu ilmu puncak para pendekar yang ulama atau ulama yang pendekar yang pandai membaca huruf alam semesta. Saya bayangkan seksi PPPK dalam pasukan Pangeran Diponegoro dulu ketika bergabung dalam perang gerilya tidak perlu bentoyongan membawa kotak PPPK tetapi cukup membawa pengetahuan dan keterampilan pengobatan timur.
Barang yang diperlukan untuk pengobatan melimpah ruah di sawah, gerumbul, hutan, dan gunung-gunung. Pendekar herbal ini cukup menggunakan getah tertentu untuk menghentikan luka. Cukup mencari daun tertentu jika ada prajurit yang sakit perut atau sakit kepala. Saya temukan fakta kalau para pewaris ilmu pengobatan ini termasuk para muhlisina lahuddiin yang ketika menolong orang tidak memakai standar jam bicara menjual resep dan dengan rendah hati mengajak pasien untuk sungguh-sungguh berdoa kepada Tuhan yang Maha Menyembuhkan Penyakit.
Dia tidak pernah mengajak bersaing dengan jaringan pengobatan Barat bahkan bilang kalau ramuan herbalnya kompatibel dikombinasi dengan obat kimia tertentu.
Mengingat-ingat pengetahuan dan keterampilan serta semacam teknologi pengobatan Timur yang lengkap, termasuk treatment untuk memulihkan patah tulang, mereposisi organ vital ke posisi awal dalam peta organ tubuh dengan ilmu di atas beladiri Timur dan masih banyak lagi kemungkinan positifnya, saya jadi membayangkan dan teringat dengan kisah hidup Nabi Isa As. yang merupakan Nabi Ulul Azmi keempat setelah Nabi Nuh, Nabi Ibrahim As. dan Nabi Musa.
Uniknya kalau empat Nabi Ulul Azmi ini namanya diabadikan menjadi nama surat dalam Al-Qur’an, nama Nabi Isa As. tidak menjadi nama surat. Yang diabadikan dalam Al-Qur’an menjadi nama surat justru ibunya yaitu Maryam dan nama keluarga kakeknya, Keluarga Imran (Ali Imran).
Dalam kitab suci diriwayatkan bagaimana sejak bayi Nabi Isa sudah pandai berbicara dan mengadvokasi ibunya dari tuduhan miring masyarakat sekitar. Beliau juga ahli mendeteksi barang sembako yang disembunyikan atau ditimbun oleh pedagang yang serakah akan profit dagangannya. Kemudian mendapat mukjizat dari Allah Swt untuk melemahkan kecongkakan ahli kedokteran zaman itu.
Nabi Isa dapat menyembuhkan orang yang sakit kulit berat yang waktu itu belum ada yang bisa menyembuhkan. Bahkan sebagai bukti kenabiannya Nabi Isa lewat doa bisa menghidupkan orang mati walau sebentar. Ini revolusi dalam dunia kesehatan yang karena merupakan mukjizat maka tidak ada orang lain yang dapat melakukannya. Mengapa? Sebab yang berlangsung ketika Nabi Isa beraksi adalah momentum dan monumentum teologis dan spiritual.
Tiba-tiba saya teringat tulisan Ayah dalam buku skrip yang setelah gempa bumi tahun 2006 yang menyebabkan rumah saya di Kotagede remuk, buku skrip ini belum saya temukan lagi. Saya ingat ada pengobatan Timur yang bisa dilakukan dengan tenaga batin. Saya jadi ingat bagaimana para pendekar dulu dengan hitungan detik bisa menyembuhkan bengkak karena benturan fisik dan dalam hitungan waktu yang lain dapat menyembuhkan cedera tulang.
Menjaga kesehatan dan membangun kesehatan yang sehat memang memerlukan pikiran sehat, hati sehat dan jiwa yang sehat. Lebih-lebih dalam situasi rumit dan kondisi penuh misteri di masa pandemi sekarang ini.
Yogyakarta, 29-31 Juli 2021.