CakNun.com

Ziarah ke Makam Leluhur Sanad Maiyah, Merajut Barokah Keajaiban Allah

Amin Ungsaka
Waktu baca ± 4 menit

Setelah menyelenggarakan Majelis Bangbang Wetan beserta Pasar Etan pada minggu lalu, kini Sabtu malam, 22 November 2020, Bangbang Wetan menyelenggarakan ziarah ke leluhur sanad Maiyah. Leluhur sanad ilmu dan sanad lahir Mbah Nun. Selain itu, niat ziarah kita sebagai bentuk respons kita atas anjuran Mbah Nun untuk mewiridkan Nadi ‘Aliyyan, maka rute ziarah Bangbang Wetan ke leluhur Mbah Nun, guru leluhur Mbah Nun dan seorang wali yang dulu Mbah Nun pernah bersentuhan dengannya, disertai bermunajat: wirid Maiyah, Nadi ‘Aliyyan, doa kelembutan Muhammad, dan shalawat.

Perjalanan malam hari kita mengendarai bus dengan rute tujuan pertama ke makam Syaikhona Kholil Bangkalan (guru Mbah Imam Zahid), dilanjutkan Mbah ‘Ud (KH Ali Mas’ud) Sidoarjo, Makam Sayyid Sulaiman, Mojoagung, dan terakhir Sentono Arum, Menturo, Sumobito Jombang.

Rombongan ziarah sekitar 35 orang terdiri dari Bonek Maiyah, SWS, sesepuh beserta keluarga, generasi muda, dan jamaah Bangbang Wetan. Perjalanan ziarah Bangbang Wetan ke leluhur tentu juga mengajak simpul wilayah sekitar rute ziarah kita. Misal ketika kita ziarah ke makam Syaikhona Kolil Bangkalan, kita menghubungi jamaah Paddhang Ate Bangkalan dan Jhembar Ate Sampang untuk turut bergabung bermunajat kepada Allah, serta memohon barokah hidup Mbah Kholil, yang semoga turut menyorong niat dan munajat kita kepada Allah.

Pada pukul 22: 23 WIB kita sampai di makam Syaikhona Kholil, dan disambut oleh teman-teman Paddhang Ate dan Jhembar Ate. Setelah wudhu, kita langsung menuju makam untuk bermunajat bersama. Munajat diawali dengan hadiah Al-Fatihah untuk ahli kubur, leluhur dan Marja’ Maiyah, diteruskan wirid Maiyah dan dipuncaki Nadi ‘Aliyyan, ayat terakhir surat Yasin, dan doa Sapujagad. Setelah itu kita bergegas meneruskan perjalanan malam hari ke makam Mbah Ud (KH Ali Mas’ud).

Pukul 00:19 WIB sampai di Makam Mbah ‘Ud (KH Ali Mas’ud), Pagerwojo, Buduran, Sidoarjo. Kita disambut dengan suasana keteduhan, yang menambah nilai khusyu’ munajat kita. Sebelum melanjutkan perjalanan ke makam Sayyid Sulaiman, rombongan memilih istirahat sejenak untuk ngopi dan ngudud, supaya tambah pyar-pyar hati dan pikiran kita melanjutkan perjalanan. Setelah itu kita melanjutkan perjalanan ke Mojoagung, makam Sayyid Sulaiman.

Sampai di Mojoagung sekitar pukul 3 dini hari, disambut dengan gerimis hujan yang menyegarkan hawa sekitar. Di komplek makam Sayyid Sulaiman, kita teguhkan kalimah thayibah dengan gerakan : Subhanallah (kedua tangan menutupi daerah syahwat), walhamdulillah (daerah perut), walailahaillallah (depan dada), wallahu akbar (kedua tangan menghimpit kepala seperti orang adzan), kemudian pada kalimat Allahu akbar, kedua tangan dinaikkan ke atas. Sesuai arahan Mbah Nun pada Mocopat Syafaat beberapa hari yang lalu. Ketika akan meneruskan perjalanan akhir di Menturo, Allah menyambut kita dengan turunnya air hujan yang deras. Membuat kita menunda perjalanan sejenak untuk menikmati suasana turunnya air hujan di masjid komplek makam, dan ada juga sebagian yang ngemper di area parkir bus.

Kelakar yang Bermakna

Sambil menikmati turunnya hujan, kita selingi dengan obrolan dan kelakar yang ringan namun bermakna. Semua kelakar itu oleh Kaji Haris (sesepuh Bangbang Wetan) diramu supaya yang muda tak canggung ketika berkomunikasi dengan yang lebih tua. Sebab menurut Kaji Haris, kelakar bisa melahirkan kedekatan.

Ada hal yang menarik dari obrolan bersama Kaji Haris semalam. Kaji Haris berbagi pengalamannya bahwa jangan-jangan ketika kita diselamatkan dari dampak pandemi ini lantaran hal sederhana yang kita lakukan namun tidak kita sadari. Misalnya ketika kita semalam melihat penjual pentol yang dini hari sudah bangun berangkat menjajakan pentolnya di area makam, sedang keseharian kita pada jam-jam itu malah enak tidur. Tapi kenapa kita kok selamat untuk dapat tetap menyambung hidup dari dampak pandemi, yang kebanyakan orang mengalami krisis ekonomi dan PHK dari tempatnya bekerja.

Mungkin tanpa kita sadari keselamatan dari Allah itu berasal dari amal ikhlas kita menolong orang yang kesusahan. Berkat kita menolong orang kesusahan itu kita diselamatkan oleh Allah dari dampak pandemi. Jadi menurut Kaji, jangan pernah merasa direpotkan oleh orang yang minta pertolongan ke kita. Sebab bisa saja lantaran orang yang minta pertolongan itu, menjadi sebab terselamatkan nasib kita dari dampak pandemi. Obrolan disudahi ketika air hujan sudah menuntaskan tugasnya. Dan kami melanjutkan perjalanan akhir menuju Menturo.

Pada sekitar pukul 4 dini hari kita sampai di Sentono Arum, Menturo, Sumobito, Jombang. Kami berwudhu untuk menyegarkan badan dan jiwa kita, memuncaki munajat kita merajut berkah keajaiban dari leluhur Maiyah. Di Sentono Arum kami teguhkan rasa tak berdaya kita atas permasalahan diri, keluarga dan Bangsa Indonesia. Kami puncaki munajat kita dengan shalawat dan indal qiyam, sebagai bentuk tawakal dan ndlosor kita kepada Allah.

Sebab tak ada lagi yang bisa kita andalkan selain perkenan Allah melalui syafaat Kanjeng Nabi dan rajutan barokah keajaiban para leluhur sanad Maiyah. Yang semoga turut menyorong niat baik kita menjadi terkabul. Meskipun kita bagaikan seekor semut yang mencoba memadamkan api yang membakar Nabi Ibrahim. Setetes air munajat dan shalawat kita amatlah kecil, jika diukur dengan besar permasalahan Indonesia yang sedang kita hadapi. Tetapi semoga menjadi amat mudah bagi Allah untuk menolong kita mengatasi permasalahan yang sedang kita hadapi, oleh sebab niat baik kita berpihak pada kebenaran Allah.

Setelah bermunajat, kita nikmati pagi hari suasana desa Menturo sambil nyruput wedang kopi dan nasi pecel Menturo — yang telah disediakan oleh Wak Polo, Om Pram. Suasana desa Menturo dan suguhan dari saudara Omah Padhangmbulan, mengobati kerinduan kita untuk bisa menikmati suasana kampung halaman, sejuk, dan tenang serasa penggalan surga. Mungkin dari perjalanan merajut barokah keajaiban Allah dari Bangkalan sampai Menturo semalam, kita tertuntun untuk menemukan ‘surga’ yang kita cari selama hidup ini. Kita meneguhkan keyakinan bahwa doa Nadi ‘Aliyyan akan segera terjawab; lantaran kita terus berusaha menjunjung tinggi Allah Yang Maha Tinggi, maka Allah akan memanifestasikan keajaiban sebagai penolong yang efektif dalam segala bencana, semua kegelisahan dan kesedihan kita akan segera menepi.

نَدِعَالِيًّا مَظْهَرَالْأَجٰائِبْ
تَجِدْهُ عَوْنًا لَكَ بِالنَّوَائِب
كُلُّ هَمٍّ وَغَمٍّ سَيَنْجَلْ
بِوِلَايَتِكّ يَاعَالِ يَاعَالِ يَاعَالِ

Bangkalan-Menturo, 21 November 2020

Lainnya

Sunda Mengasuh___

Sudah sejak pukul 18.00 penggiat Jamparing Asih berkumpul di gedung RRI.

Jamparing Asih
Jamparing Asih

Topik