#KenduriCintaWithUs: Ungkapan Rindu Jamaah KC di Linimasa

Saat ini, kemewahan itu bukan berupa mobil mewah, baju, tas atau sepatu branded. Kemewahan yang nyata saat ini adalah berkumpul bersama seperti Maiyahan yang biasanya kita lakukan. Duduk bersama, bertemu para sahabat, ngobrol, sembari nyruput kopi, di sebuah pelataran luas, kemudian menyimak Mbah Nun, Syeikh Nursamad Kamba, Mbah Fuad dan narasumber lainnya, dan akan terasa lebih lengkap dengan Gamelan KiaiKanjeng yang memainkan beberapa nomor lagu atau mengajak kita sholawatan. Itulah kemewahan sesungguhnya hari ini, yang benar-benar tidak bisa kita rasakan.
Selain dengan Marja’ Maiyah, Jamaah Maiyah Kenduri Cinta tentu juga kangen kepada Ustadz Noorshofa dengan gaya ceramahnya yang khas, alunan musik Mas Beben dan beberapa anggota Komunitas Jazz Kemayoran, ada pula Krist Segara dengan musik campursarinya, belum lagi kita pasti kangen dengan warung angkringan Pakdhe yang telah menjadi ikon Kenduri Cinta, yang selalu mangkal di sudut pojokan yang khas. Dan semua itu yang sedang kita rindukan, hanya bisa kita nikmati dalam angan-angan saja, untuk sementara waktu ini.
Dan di bulan Mei ini, penggiat Kenduri Cinta tetap mempersiapkan beberapa hal yang setiap bulannya sudah biasa dilakukan. Poster Maiyahan tetap dibuat dan dirilis, mukadimah Maiyahan tetap disusun. Sederhana saja, sekadar untuk mengobati kerinduan, pada Kenduri Cinta edisi Mei 2020 ini penggiat KC mengajak seluruh Jamaah Maiyah berbagi cerita, berbagi momen, berbagi kebahagiaan selama persentuhan mereka dengan Maiyah dan Kenduri Cinta.
Mengusung tema Hiber-Nation, sebuah gaya selingkung khas KC, dari sebuah kata yang sudah sangat akrab: hibernasi, hibernation, kemudian dikreatifi menjadi Hiber-Nation. Dimaknai apa? Semua kita berhak memaknainya. Yang ingin diangkat Kenduri Cinta adalah masa hibernasi ini bukan seperti perangkat komputer yang dinonaktifkan dalam jangka waktu lama, tanpa di-shut down. Atau seperti beberapa hewan yang memang pada musim tertentu memiliki kebiasaan tidur panjang hingga musim berganti. Tidak, hibernation yang dimaksud bukan seperti itu.
Banyak orang mengatakan peradaban dunia akan memasuki The New Normal. Seperti apa situasi baru itu? Belum ada yang bisa memastikan, karena pada dasarnya saat ini kita semua sedang beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang ada. Kita tidak sebebas 3-4 bulan lalu, saat kita bisa bertemu banyak orang di mana saja, kapan saja, dalam kondisi apa saja. Saat ini, kita tidak bisa melakukan itu semua. Dan ternyata, teknologi secanggih apapun yang sudah dicapai manusia tidak bisa menggantikan fungsi muwajjahah yang sebenarnya adalah tradisi kita sebagai normalnya manusia.
#KenduriCintaWithUs ungkapan Asy Syauq Ilahiyah
Tidak seperti bulan lalu ketika Kenduri Cinta mengangkat tema #JEDASEJENAK, kali ini dengan tema Hiber-Nation, Kenduri Cinta mengangkat tagline: Mendekonstruksi Memori Dan Kemantapan Bersyukur. Tagar #KenduriCintaWithUs menjadi pemantik di linimasa. Melalui kanal resmi media sosial Kenduri Cinta, Jamaah Maiyah diajak berbagi momen dan berbagi cerita. Untuk membangkitkan memori, kenangan, kisah persentuhan mereka dengan Maiyah, Kenduri Cinta, Mbah Nun, dan semuanya.

Sejak maghrib, cuitan mereka bermunculan. Ungkapan rindu akan Maiyahan mengemuka. Ada yang mengenang pertama kali mereka bersentuhan dengan Maiyah, Kenduri Cinta, ada yang mengungkapkan perasaan mereka ketika pertama kali bersalaman dengan Mbah Nun, bahkan ada yang mengungkapkan bahwa hanya memandang wajah Mbah Nun dari jauh saja sudah merupakan kebahagiaan tersendiri, ia merasa belum berani bersalaman dengan Mbah Nun. Ada yang mengungkapkan betapa bahagianya mereka ketika mengikuti Maiyahan di Kenduri Cinta dan di tempat lain. Semua berbagi kisah, berbagi cerita lewat tagar #KenduriCintaWIthUs di linimasa Twitter dan Instagram sejak Jumat malam (15/5), hingga tadi pagi bahkan masih banyak yang mengungkapkan kisah mereka. Melalui cuitan yang dilengkapi foto, ada beberapa dari mereka yang kreatif membuat video singkat, semuanya berbagi kebahagiaan.
Di tengah keriuhan linimasa Twitter dengan tagar #KenduriCintaWIthUs, Gandhie, Fahmi dan Bagus menuju kediaman Syeikh Nursamad Kamba. Awalnya hanya ingin bersilaturahmi dan take video Syeikh Nursamad Kamba, kemudian spontan saja Live Instagram selama 20 menit di akun Instagram Kenduri Cinta. Fahmi sejenak berdiskusi bersama Syeikh Nursamad Kamba, bertanya tentang beberapa hal. Syeikh Nursamad Kamba juga mengungkapkan rasa kangennya untuk Maiyahan seperti biasanya.
“Dalam tradisi Tasawuf itu mengenal istilah kerinduan; Asy Syauq. Asy Syauqu-l-Ilahi itu adalah kerinduan kepada Allah. Kalau keriduan sesama manusia, ketika sudah bertemu maka kerinduan itu akan terobati. Berbeda dengan kerinduan kepada manusia, semakin sering bertemu dengan Tuhan justru yang dirasakan adalah semakin merindukan,” Syeikh Nursamad Kamba mengungkapkan.
Syeikh Nursamad Kamba mengungkapkan beliau juga merasakan kangen ingin bertemu Mbah Nun, dan itu merupakan hal wajar, meskipun mungkin rasa rindu itu saat ini sudah mencapai titik puncak. Dan jika saatnya nanti kita semua dapat kembali berjumpa bersama di Maiyahan, kerinduan itu pun mungkin akan terobati. Ditekankan oleh Syeikh Nursamad Kamba bahwa apa yang sudah diajarkan Mbah Nun selama ini di Maiyah adalah nilai-nilai mendasar yang sebenarnya mempersiapkan kita sebagai orang Maiyah untuk cepat beradaptasi pada situasi-situasi sekarang ini. “Tanpa kita sadari sebenarnya Mbah Nun membentuk karakter dan mentalitas kita di Maiyah untuk menghadapi situasi seperti sekarang ini.”
Syeikh Nursamad Kamba menjelaskan pada masa seperti ini Tarekat Virtual adalah salah satu opsi bagaimana kita bisa bertemu dengan Guru kita. Dalam posisi ini tentu saja yang dimaksud Syeikh Nursamad Kamba adalah Mbah Nun. “Saya juga kangen Mbah Nun, tetapi saya bisa bertemu Mbah Nun secara spiritual,” ungkapnya.
Ditambahkan oleh Syeikh Nursamad Kamba, tarekat virtual adalah bentuk tarekat yang berlawanan dengan tarekat konvensional pada umumnya, dan Maiyah sudah menemukan sendiri konsep virtualnya. “Allah membuktikan bahwa tarekat virtual itu sangat efektif. Saya mengatakan bahwa kita di Maiyah itu adalah tarekat virtual, bukan tarekat konvensional,” lanjut Syeikh Kamba.
Yang dimaksud tarekat konvensional adalah tarekat yang ada organisasinya, ada struktur lembaganya, ada ribet administrasinya dan lain sebagainya. Sementara kita di Maiyah tidak demikian. Sementara kita di Maiyah berada di wilayah esensi dan substansi, apalagi Maiyah sendiri sudah memiliki konsep cinta segitiga Maiyah; Allah-Rasulullah-Manusia.
“Mbah Nun adalah pembimbing spiritual”, ungkap Syeikh Nursamad Kamba. DItegaskan oleh Syeikh Kamba bahwa seorang pembimbing spiritual adalah ia yang mampu menjadi sumber inspirasi kita setiap saat, dan itu kita temukan pada sosok Mbah Nun.
“Mbah Nun selalu memberikan pembekalan kepada kita, dan kita menjadikan bekal itu sebagai bahan perenungan. Yang diinginkan Mbah Nun bukan kita menjadi pengikutnya, tetapi melalui tulisan-tulisannya yang diharapkan adalah agar kita mengefektifkan pikiran kita. Dan yang dilakukan Mbah Nun adalah pembimbingan spiritual kepada kita,” Syeikh Nursamad Kamba menegaskan.
Memaknai tulisan-tulisan Mbah Nun dua bulan terakhir ini Syeikh Nursamad Kamba menyatakan tulisan-tulisan beliau merupakan bekal pembimbingan spiritual yang dilakukan oleh Mbah Nun kepada kita, selain melalui wirid-wirid yang diijazahkan oleh Mbah Nun sendiri. Secara fisik, kita tidak bisa bertemu, tetapi secara spiritual kita semua ini selalu dibimbing oleh beliau. Termasuk Ijazah Tetes Kelembutan Muhammad yang diijazahkan beberapa saat sebelum kita memasuki gua Covid-19 ini.

Di sesi akhir, Syeikh Nursamad Kamba berpesan kepada seluruh Jamaah Maiyah agar selalu berdoa kepada Allah Swt, juga melantunkan wirid-wirid. Bukan dalam rangka mengharapkan sesuatu untuk diwujudkan, tetapi ditekankan untuk memupuk kerinduan Ilahiyah itu sendiri.
Hingga tengah malam, bahkan dinihari menjelang sahur, linimasa Twitter masih dipenuhi ungkapan-ungkapan kerinduan jamaah Maiyah melalui tagar #KenduriCintaWithUs. Sebuah bukti bahwa kita semua menjalani masa hibernasi ini bukan dengan berdiam diri saja di rumah, stay at home, tidak demikian rupanya. Teman-teman penggiat Simpul Maiyah di berbagai daerah pun tetap bergerak, beraktivitas sebisa-bisanya, karena memang dalam pergerakan itu sejatinya ada barokah dari Allah yang tersembunyi.