Keluarga Almutahabbina Fillah
Ada orang yang memeluk Agama bukan Islam tetapi hidupnya penuh perilaku positif, tutur katanya mengenakkan orang lain, perilakunya jujur dan usianya berlangsung penuh manfaat.
Mungkin ia jenis manusia yang penuh sangka baik dan iktikad positif. Bertemu dengan apapun, termasuk Agama, politik, ilmu atau apapun: ia cari baiknya, dan dijadikan energi untuk berbuat baik.
Sebaliknya ada orang lain yang beragama Islam namun hatinya kejam, kepandaiannya digunakan untuk menekan bahkan mendhalimi orang lain, perilakunya menakutkan dan usianya menyebarkan mudlarat di hati orang lain.
Ketika Allah berfirman “Sesungguhnya Aku melantik Khalifah di Bumi”, yang dimaksud adalah manusia. Ketika Ia memberi kategori “Ahsanu Taqwim”, yang dimaksudkan bukanlah Islam, melainkan manusia.
Jadi di dalam perencanaan dan ketentuan Allah atas kehidupan di Bumi ini, manusia yang dipasang sebagai Khaalifah, manager, pengelola, pengambil keputusan, pemimpin dan eksekutor.
Logikanya, wajar kalau Agama atau Islam bukan yang mengatur manusia, melainkan manusia yang mengatur Islam. Salah satu kemungkinannya, disimulasikan oleh Rasulullah saw: “Al-Islami mahjubun bil-Muslimin”. Keindahan dan kemuliaan Iaslam ditutupi, dikunturkan, dihilangkan bahkan disirnakan oleh manusia-manusia Muslimin.
Maka mestinya Kaum Muslimin yang sudah punya pengalaman sejarah 14 abad lebih, sekarang ini merekalaah yang sepatutnya memimpin Peradaban Dunia. Kaum Musliminlah yang seyogyanya memimpin peradaban dunia, memimpin kemajuan, kecanggihan, kejayaan dan kemuliaan di seluruh muka bumi.
Tetapi faktanya Kaum Muslimin selama berabad-abad tidak pernah memimpin dunia. Mereka selalu kalah dalam politik, terbelakang dalam ekonomi, teknologi dan kebudayaan, Kaum Muslimin, sebagai masyarakat manusia, gagal memimpin dirinya, gagal mengkhalifahi Islamnya, gagal mempelopori kemajuan kebudayaan, keluasan ilmu, kedalaman hati peradaban.
Kaum Muslimin malah menonjol sebagai Asfala Safilin Peradaban abad 21, menjadi kelompok ummat manusia yang hidupnya dangkal, pemarah, bahkan sebagian menyiksa kehidupan dengan terorisme.
Saya bersyukur tak habis-habis Allah menganugerahkan Maiyah kepada kita semua Al-Mutahabbina Fillah.