Ke Arah Mana Pendidikan Kita?
Jikalau kita perumpamakan membangun proses belajar-mengajar seperti halnya membangun sebuah rumah, apakah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan perlu membuat bestek komplet dan lengkap sehingga tidak memberi peluang bagi siapa pun untuk membangun rumah sesuai kebutuhan, kondisi, situasi, dan selera orang tersebut?
Apakah setiap warga yang menyelenggarakan proses belajar-mengajar harus menggunakan bestek secara murni dan konsekuen? Apa risikonya bagi masyarakat yang tidak memilih bestek Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang didukung dan diperkuat oleh hukum?
Mau ke mana arah pendidikan kita? Sementara kita mendapatkan kesan seolah-olah perubahan kebijakan sangat dipengaruhi oleh selera dari latar belakang pendidikan para menterinya, ditambah lagi pengaruh orientasi pasar yang sangat kuat, sehingga melahirkan kebijakan-kebijakan yang mengarah pada komoditas pendidikan dengan instrumen yang disebut standardisasi dan sertifikasi.
Namun, kalau kita memandang mundur ke belakang, sesungguhnya hal seperti itu telah terjadi jauh sejak Belanda masih bercokol di Indonesia.