Agama, Mitra Ilmu Pengetahuan
Seperti halnya makhluk-makhluk lainnya, Tuhan mengharapkan manusia ikut mengambil bagian dalam proses perubahan alam. Dalam konstruksi tubuhnya, manusia dibekali bakat dan potensi — yang saling bereaksi dan berinteraksi — untuk aktualisasi kehidupan. Di pihak lain, manusia dianugerahi potensi intelektual yang luar biasa untuk dapat menangkap proses penciptaan yang terjadi secara aktual pada alam semesta.
Bila agama adalah situasi keilahian dalam diri manusia, maka ia adalah mitra ilmu pengetahuan — bahkan dalam merekayasa sebuah penciptaan. Proses apa pun yang terjadi pada alam, dan kesimpulan apa pun yang dicapai ilmu pengetahuan pada fenomena alam, sepanjang menciptakan situasi keilahian yang menuntun kepada kebaikan, maka hakikatnya itu semua adalah agama.
Pada level tertentu, agama tidak saja bisa beriringan dengan ilmu pengetahuan, tapi malah menyatu dengannya. Menyatunya ilmu pengetahuan dan agama bukanlah hal yang dibuat-buat, melainkan konsekuensi pertemuan firman-firman Tuhan yang tertulis dengan yang tak tertulis.