CakNun.com

10 Revolusi Jokowi dalam Berbagai Pemahaman (2)

Redaksi
Waktu baca ± 21 menit

Respon 17

AD
Kamis, 24 Sept 2020 11:15 WIB

Dear team Redaksi
I Love U

Apa apan nih …!?
Beneran nih…!!!
10 Revolusi Jokowi…!!!?
Mbah… ini bukan bercanda kan….

Kurang Lebih itulah kesan pertama saya ketika membaca judul “10 Revolusi Jokowi”

Ya kesan pertama yang benar-benar menggoda munculnya berbagai macam prasangka.

Kesan yg pertama muncul ketika membaca judul sangat mengesankan bahwa yang kemudian saya baca ialah hal yang informatif, yang berarti hal informatif tersebut sudah terjadi dan sedang berlangsung atau mungkin sudah selesai.

Kemudian angka 10, menunjukan bahwa hal yang tersusun 10 tersebut sudah tersusun secara sistematis.

Lalu “Jokowi” jelas ini menunjukan tokoh utama, subyek, pelaku… dari kata “Revolusi” …!

Teeet…teeet… teeet….!!!

Suara order masuk sejenak membuyarkan silang sengkarut prasangka saya…

Baik saya lanjutkan…

Saya kemudian mulai membaca satu persatu point yang ada dan seperti biasa mencerna pointers dari Si Mbah benar-benar membutuhkan sejumlah energi yang setara dengan berlari marathon sekurangnya 10 Kilo meter… heheee

Saya mulai membaca cepat seluruh point, blast ndak mudheng. Kemudian saya mencoba mengambil posisi sebagai “Subyek” kalimat ” Sekarang saatnya Jokowi” berubah menjadi ” Sekarang saatnya Kamu “… dari situ mulai tergambar imaji bahwa pointers ini ber fiil ‘amr, Si Mbah sebagai Orang Pertama, Saya sebagai Orang Kedua yang menerima instruksi berupa teen comandement.

Baik saya lanjutkan simulasi dengan pengelompokan point, Point 1,2 dan 3 masuk ke kelompok Preparasi atau Persiapan. Point 4,5,6 dan 7 masuk ke kelompok Aksi. Dan Point 8,9,10 masuk ke kelompok otomatis Romantis atau efek.

Teeet…teet…teettt….

Order lainya masuk…

Yup sembari menunggu antrian di resto saya baca ulang 10 point revolusi itu lagi… sembari meneruskan imaji… mengambil posisi awal sebagai orang ketiga makan point-point ini bersifat informatif, yang berarti sudah ada komunikasi lebih dahulu antara Orang pertama dan Orang kedua, dahi memicing karena ada dilema, dilema karena apabila ini benar Informatif maka ada hal baik yang akan terjadi dengan segera tapi ada bagian diri saya juga ada yang rada-rada pesimist… wkkwkwkwkk…

Akhirnya saya putuskan untuk berharap… secara lebih intens saya akan menyimak berita dan informasi beberapa hari kedepan…

…….
……..
………
………..
………….

Beberapa hari berlalu, tak ada hillal yang nampak…

Kepala saya dipenuhi toxic paranoid informasi mengenai Covid , Resesi dan tentu saja sebagai warga jakarta hujan deras beberapa hari terakhir membuat saya terus mengupdate status siaga satu di pintu air katulampa… ahhh… kalau banjir kiriman datang maka bagi warga jakarta rasanya mungkin seperti ” Sudah jatuh tertimpa tangga setelah itu diteriaki Maliiiing…!!!” Heheheee

Ya sampai pagi ini saya masih belum menemukan tanda-tanda dari yang saya harapkan, entah mungkin terlalu mendung atau memang tak ada hillal sama sekali.

Baiklah kalau begitu… sesuai ukuran dan kapasitas, situasi, kondisi, toleransi, pantauan, dan jangkauan maka saya teruskan berimaji …. karna sementara hanya ini yang mampu saya lakukan

Saya lanjutkan sebagai orang kedua… yup saya akan mencoba menjadi Jokowi…

Baik,

Point pertama, memperbarui pasukan dan strategi… yang benar saja..! Pasukan dipilih berdasarkan besaran kontribusi pada kedudukan yang saya miliki, tidak bisa seenaknya dong… strategi…? Saya sudah punya strategi sendiri, masalah keadaan yang sekarang terjadi kan karena covid dan untuk urusan itu kan sudah ada protokol dari lembaga yang lebih tinggi dan lebih kompeten.

Point ke 2. Stagnasi…!? Dibawah kepemimpinan saya. Dikemudian hari para sejarawan akan mencatat bahwa berkat saya bahkan para pengangguran di gaji…..
……….

Hadeh … maaf saya terbawa emosi mungkin karena sifat alami saya pribadi yang mudah terprovokasi apabila mendapat masukan dari pihak yang tidak saya kenal secara akrab terlebih bukan orang yang saya hargai dan hormati… wkkwkkkwkkk….

Baik saya coba lagi sebisa mungkin secara objektif…

Saya sedang bekerja dan bekerja….

Sebagian besar waktu saya habis untuk berlatih dan menghafalkan pidato-pidato, terutama yang berbahasa inggris…

Tapi ada masalah yang harus segera diambil keputusanya.

Baik saat ini pilihan terbaik yang diambil berdasarkan data dan fakta dilapangan. Yang paling berpengaruh besar dalam stimulus penyelamatan perekonomian yaitu belanja pemerintah, nah ini seharusnya dilanjutkan, sudah banyak program kita buat, ditambah lagi pelaksanaan pilkada serentak… pengadaan barang dan jasa keperluan pemilu dan juga prosesi kampanye masing-masing peserta kan juga berdampak positif bagi perekonomian rakyat. Memang ada kontra dengan kampanye protokol kesehatan tapi kita kan juga ukur resiko keputusan, mana yang paling banyak resiko positif nya meskipun ada juga resiko negatif nya, tapi kan nanti bisa diatur prosedurnya supaya tetap mengikuti protokol kesehatan… masalah ada yang tidak sependapat itu kan biasa, nanti bisa diatur bahasa komunikasinya, kita juga bisa fungsikan para influencer nantinya…

Aduh kok malah nggak ada hubungan nya sama 10 Revolusi ya…????
(Plok Nepok Jidat… !)

Yasudah lah… Any way… menitipkan ide Revolusi pada seseorang yang merepresentasikan dirinya sendiri saja gagap… ilok-an.

Heheheee….

Last but not Least

Saya masih punya simulasi orang Pertama. Singkat saja, ada yang benar baik dan perlu disampaikan… ya meskipun mungkin pada akhirnya kembali kita kan menyaksikan ” sama saja diberi ataupun tidak diberi peringatan”.

Dan tentunya pendapat pribadi, entah bila 10 anjuran ini dilengkapi juga dengan peringatan kausal mungkin ia akan lebih berdaya, tapi demikinlah Si Mbah… ndak tegaan.

Mungkin ini yang bisa saya urun kan. Saya juga berharap Tulisan Sedulur Maiyah lainnya mungkin bisa di share kepada setidaknya yang urun narasi. Sebagai bahan sinau bersama.

Salam


Respon 18

KS
Kamis, 24 Sept 2020 13:47 WIB

Terus terang, saya cukup kaget membaca 10 Revolusi Jokowi yang ditulis oleh Mbah Nun, tidak biasanya Mbah Nun menyebut personal, sebab lebih sering mengungkapkannya secara metafora atau sindiran halus.

Saya kemudian teringat tentang cara bagaimana beberapa orang tua dalam membimbing anak-anaknya, dimana orang Jawa lebih sering dengan memanggil “Le” atau “Ndhuk” untuk mengingatkan atau menegur. Namun ketika si anak tetap tak bergeming, si orang tua biasanya memperingatkannya dengan menyebut nama si anak, dan anak tersebut akan langsung berintrospeksi diri atas teguran tersebut. Dialektika antara orang tua dan anak tersebut tak ada landasan lain selain keperdulian dan kasih sayang.

Tentang pesan, himbauan, peringatan, atau ungkapan harapan dari “sosok yang dituakan” di negeri ini kepada Presiden saat ini pun bukan barang baru. Masih segar dalam ingatan kita saat Almarhum Kiai Maimoen Zubair menghadiahkan sorban hijau, atau Habib Lutfi bin Yahya yang memberikan tasbih. Semua bisa saja memaknainya secara berbeda. Sorban yang identik dengan Islam bisa diartikan pesan untuk menjunjung tinggi nilai Islam, tasbih menjadi pesan agar terus mensucikan Allah, semua itu diberikan dengan dua kemungkinan, yaitu karena yang diberi tak pernah melakukan itu, atau sebagai motivasi agar lebih baik dari sebelumnya. Kemudian Simbah Kakung Gus Mus pun sempat berpesan ketika Presiden dilantik, dimana isi pesan tersebut kurang lebih sebagai berikut :

Kepada yang terhormat dan saya hormati, Bapak Joko Widodo dan Bapak Ma’ruf Amin

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pertama-tama, perkenankan lah saya ikut menyampaikan selamat atas pelantikan bapak berdua sebagai presiden dan wakil presiden republik Indonesia 2019 – 2024.

Semoga selamat melaksanakan amanat dan tanggung jawab menyejahterakan rakyat, baik yang mendukung bapak berdua atau tidak.

Secara lahiriah rakyat yang memilih, tapi secara hakikat Allah lah yang memilih dan menjadikan bapak berdua menjadi presiden dan wakil presiden negeri tercinta ini. Maka tanggung jawab bapak berdua sungguh berat namun mulia. Tanggung jawab terhadap Allah dan rakyat.

Pimpin lah kami rakyat Indonesia dengan cinta dan belas kasih seraya senantiasa mengingat dan memohon pertolongan Allah. Tantangan seberat apapun kan terasa ringan bersama Allah dan pertolongan-Nya.

Dalam memilih pembantu, pilihlah pembantu yang membantu, bukan yang mengganggu kerja. Pilihlah mereka yang mempunyai komitmen keindonesiaan dan bisa, dan mau bekerja tulus untuk Indonesia dan rakyat Indonesia.

Jangan memilih mereka yang menawarkan diri membantu bapak berdua, kecuali mereka yang memang memahami hajat hidup rakyat Indonesia dan mempunyai kemampuan bekerja menjalankan tugas mereka.

Dengan memohon maaf sebesar-besarnya atas kelancangan saya ini, saya ikut mendoakan semoga Allah selalu menolong bapak berdua dalam berkhidmah kepada bangsa dan negara. Waffaqakumllah ila ma fiihi khairu ummah.

Pesan Simbah Kakung Gus Mus tentang memilih pembantu pun bisa jadi merupakan keresahan atas kondisi yang ada.

Berulang kali saya baca satu per satu poin poin 10 Revolusi yang ditulis oleh Mbah Nun, untuk mencoba memahaminya. Dan kemudian menyambungkannya dengan pemahaman bahwa “presiden adalah mandataris rakyat”. Maka 10 Revolusi tersebut jika dipakai dalam konteks rakyat mungkin akan berbunyi sebagai berikut :

Revolusi Seluruh Rakyat

  1. Sekarang saatnya rakyat memperbaharui pasukan dan strategi perang melawan Pandemi
  2. Sekarang saatnya rakyat mendobrak stagnasi dan kejumudan nasional untuk menegakkan kembali kecerdasan dan kreativitas kehidupan bangsanya
  3. Sekarang saatnya rakyat menghimpun kembali seluruh potensi bangsanya yang terserak-serak untuk melahirkan proklamasi kemerdekaan baru sejarah bangsanya
  4. Sekarang saatnya rakyat mendayagunakan seluruh bakat dan keistimewaan etnologis bangsanya untuk menyusun kembali pembangunan yang berkarakter Indonesia dan berwajah Indonesia
  5. Sekarang saatnya rakyat menerapkan jurus saktinya untuk membangkitkan diri dari keterpurukan perekonomian dan rasa kurang percaya diri kebangsaannya
  6. Sekarang saatnya rakyat menjangkar persatuan dan kesatuan bangsanya untuk membuat kejutan kepada dunia dengan menyalip di tikungan sejarah
  7. Sekarang saatnya rakyat menerapkan kecerdasan, wawasan futurologis dan jangkauan panjang sangkan-parannya untuk menyusun kembali jurus-jurus masa depan bangsa Indonesia
  8. Sekarang saatnya rakyat mengindonesiakan Indonesia, menduniakan Indonesia dan mengindonesiakan dunia
  9. Sekarang saatnya rakyat menunjukkan kecerdasan, kecanggihan dan wibawa kepemimpinannya agar dunia dan alam semesta tahu kenapa mereka mendudukkan Jokowi di singgasana
  10. Sekarang saatnya rakyat dengan langkah-langkah nyata mendemonstrasikan kepada dunia kenapa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang tidak bisa diremehkan

Bagi kita Jamaah Maiyah, 10 Revolusi tersebut bisa menjadi penegas agar kita ber”Fastabiqul Khairat” mengamalkan segala apa yang kita peroleh di Maiyah selama ini, demi “anak asuh yang bernama bangsa Indonesia” ini.

Namun, bagi saya sendiri yang orang Jawa Timur, lebih memilih menerjemahkan 10 Revolusi tersebut adalah bentuk kasih sayang yang halus di atas yang halus, yang jika diungkapkan dalam bahasa Jawa timuran kurang lebih seperti ini:

“Jok, gak isin ta awakmu dadi boneka terus?
Soeharto ae sing koyok ngono sik gelem nglakoni “Khusnul khotimah”,
Ayo Jok, rungokno, lakonono mumpung Sik onok kesempatan”.

Pasuruan, 22 September 2020


Respon 19

HM
Kamis, 24 Sept 2020 14:35 WIB

Nami kulo HM
Lenggah wonten Jogja

Pada tulisan itu tidak ada kritikan sama sekali pada pemerintah. Tulisan 10 Revolusi Jokowi adalah bentuk cinta dan kasih sayang seorang Mbah Nun sebagai orang tua kepada Bangsa Indonesia. Simbah hanya berusaha mengajak dan memberi saran kepada kita semua, bangsa Indonesia untuk bergotong royong membangun kembali persatuan yg telah hilang, nasionalisme yang luntur karena meterialisme, kembali membangun kepercayaan diri sebagai bangsa, belajar kepada sejarah dan para leluhur nusantara.

Kalau toh ternyata Bapak Presiden atau para pejabat tidak mengetahui bagaimana harus bertindak, yasudahlah toh itu hanya saran dari Mbah Nun yang tidak pernah di akui oleh Indonesia, yang hanya mempunyai gelar Simbah nya JM. Mending Kita kita saja (rakyat indonesia) yang mulai bergegas membangun kembali Indonesia yang bener bener Indonesia, Indonesia yang gemah ripah loh jinawi, Indonesia yang gado gado, Indonesia yang memangku Dunia.

Semoga Allah swt menyegerakan pertolongan-Nya kepada bangsa yang diberi kedahsyatan luar biasa ini.. Amin


Respon 20

MBSP
Kamis, 24 Sept 2020 22:19 WIB

Ungkapan Mbah Nun atas 10 Revolusi Jkw adalah bentuk perhatian rasa cinta sebagai orang tua kepada anak cucunya. Baik sebagai Amanah, Husnudhon, Raja’, Hija’, atau apapun bentuknya. Butiran butiran langkah yang disampaikan Mbah Nun dalam Revolusi Jkw adalah bentuk kesetiaan Mbah Nun yang selama ini selalu menggendong indonesia. Adapun hal hal mengenai isi Revolusi tersebut tersampaikan atau tidak, dibaca atau diabaikan, dilaksanakan atau tidak, itu sudah kapasitas hak prerogatif Allah yang memberi hidayah atau justru menyesatkanya. Adapun sebagai orang tua sepuh Mbah Nun sudah sangat tepat memberikan saran kepada anak asuh yakni “Indonesia” . Yang semoga diikuti Para Negarawan, Tokoh Bangsa, dan berbagai pihak untuk ikut memberikan saran, rujukan, teguran atau apapun saja untuk tegaknya Negara Kesatuan RI.

Salatiga 24 Sept 2020

Lainnya

Topik