CakNun.com

Workshop Spontan Tentang Pendidikan

Catatan Singkat Sinau Bareng YASPIRU, Wringinanom Gresik, 20 Juni 2019
Ahmad Irham Fauzi
Waktu baca ± 3 menit

Ini adalah kali ketiga bagi Yayasan Pendidikan Islam Raden Paku (YASPIRU) Wringinanom Gresik menghadirkan Mbah Nun dan KiaiKanjeng untuk membersamai mereka. Pertama tahun 1998 dan kedua tahun 2016. Malam ini, Yaspiru menggelar hajatan wisuda bagi siswa dari tiga sekolah yang bernaung di bawah yayasan MTs, MA, dan SMK Raden Paku.

Sejak ba’da maghrib, panggung Sinau Bareng di halaman gedung SMK Raden Paku sudah diisi kegiatan. Para siswa melantunkan shalawat diiringi tim Banjari, menyambut kehadiran jamaah menggelar alas. Di sisi kiri kanan terdapat kursi dan terop, diduduki para siswa yang bersiap mengikuti prosesi wisuda. Ba’da isya’, satu per satu mereka dipanggil maju, menerima kalung wisuda dan salim cium tangan kepada guru. Hawa khusyuk nan haru tercipta ketika tim paduan suara mengiringi prosesi itu dengan “Hymne Guru”.

Ada yang menarik dari pertimbangan penyelenggara hingga berkali-kali mengundang Mbah Nun. Pak Ridwan, Ketua Yaspiru menuturkan alasannya. Menurutnya, umat Islam di wilayah Wringinanom dan sekitarnya memiliki “wajah” yang berbeda dibanding umat Islam di Gresik bagian kota dan utara. Masyarakat Gresik selatan ini Ia gambarkan sebagai “Islam abang”, yang kota dan utara sebagai “Islam putih”. Mbah Nun dan KiaiKanjeng dengan segala keluasan dan keluwesan pergaulannya, dirasa paling tepat sebagai pihak yang paling mampu menyapa beragam corak kultur masyarakat.

Dengan intensitas kemesraan dan kegembiraan Sinau Bareng, Ia mengharapkan malam ini berlangsung proses pembelajaran bersama mengenai topik pendidikan. Kiranya tak berlebihan apa yang Ia harapkan, mengingat malam ini juga hadir para stakeholder pendidikan: orangtua dan masyarakat sekitar.

Kesadaran akan peran memang perlu disegarkan kembali. Bahwa sesungguhnya kerja memenuhi hajat tercapainya tujuan pendidikan tidak bisa dilimpahkan kepada pihak sekolah semata. Orangtua tidak lagi boleh menganggap proses pendidikan hanyalah apa-apa yang dialami anak-anaknya di dalam lingkungan sekolah. Saat anak di luar sekolah, di rumah, di terminal, di masjid, dan di manapun saja, sejatinya sedang berlangsung proses pendidikan. Dalam konteks itulah maka peran orangtua, masyarakat, dan para pengambil kebijakan perlu disinauni kembali.

Setelah mengajak jamaah mengumandangkan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Ya Lal Wathon, Mbah Nun memulai Sinau Bareng dengan mewedar poin-poin mendasar soal pendidikan. Dengan lontaran pertanyaan awal, “Pelajarane arek-arek SMK ndhuk kene iki ana Qur`ane gak?”, Mbah Nun memantik pikiran jamaah menuju kemurnian dan aspek spiritualitas yang sejatinya menapasi pelajaran sekolah, tapi kerap terabaikan.

Jangan melihat sesuatu secara parsial. Melihat hidung jangan lupa pada wajah. Segala sesuatu pasti terkait satu sama lain. Tidak mungkin kita melihat rumput dan lalu kita tidak ingat pada pencipta-Nya. Di SMK ini anak-anak mempelajari teknologi permesinan, teknik jaringan komputer, tata boga. Teknologi itu karya manusia, tapi tetap patuh pada hukum atau aturan Allah (sunnatullah). Jadi, ilmu apapun yang dipelajari di sekolah, landasannya pasti aturan Allah yang diberlakukan pada alam (hukum alam).

“Meski pelajaran mesin, tataboga, komputer, arek-arek kudu dielingna di tiap akhir sesi pelajaran bahwa semua ini pasti terkait dan kudu manut pada hukum sebab akibat yang didesain Allah,” pesan Mbah Nun.

Seperti kita saksikan dan alami di berbagai forum Maiyahan yang kental atmosfer partisipatifnya, berikutnya Mbah Nun mengajak perwakilan stakeholder naik panggung. Ada wakil dari siswa, wakil dari orangtua, wakil dari wisudawan, dan wakil masyarakat umum. Masing-masing kelompok mendapat beberapa pertanyaan untuk didiskusikan di belakang panggung. Sebagai contoh, kelompok siswa menerima tugas untuk mengurutkan beberapa kata: kaya, kuasa, apik, ampuh, menurut skala prioritas yang ingin mereka raih dalam hidup. Sementara itu, jamaah bergembira dibersamai Bapak-bapak KiaiKanjeng, sambil menanti para kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.

Lainnya

KiaiKanjeng of the Unhidden Hand

KiaiKanjeng of the Unhidden Hand

Sejak jum’at siang (8/5) KiaiKanjeng sudah berada di Jakarta untuk malamnya menghadiri Kenduri Cinta, setelah menjalani rangkaian Maiyahan di Jawa Timur, mulai tanggal 4 Mei 2015 di Universitas Airlangga Surabaya, kemudian 5 Mei 2015 di Universitas PGRI Adibuana Surabaya, dilanjutkan tanggal 6 Mei-nya di Sidoarjo.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta

Topik