Sinau Bareng, Menyempurnakan Cinta Tanpa Henti
Setelah malam sebelumnya KiaiKanjeng menemani warga Desa Margomulyo di Yogyakarta yang sedang merayakan hari jadi dusun mereka. Pagi-pagi tadi, pada Sabtu tanggal 23 November 2019, KiaiKanjeng sudah bertolak menuju Jawa bagian Timur, menuju Gunungrejo, Singosari, Malang. Sinau Bareng kali ini diinisiatifi oleh ponpes QODISU (Qodiriyah Sulaiminiyah Indonesia) dalam rangka memperingati maulid Nabi Muhammad SAW.
Kalau urusannya sudah cinta, KiaiKanjeng memang tidak main-main. Serius dengan stamina bercinta yang tak sudah-sudah. Sore hari rombongan KiaiKanjeng sudah tiba di lokasi acara dan tak lama berselang langsung melaksanakan checksound. Bagian ini, pembaca dapat juga resapi di postingan instagram GamelanKiaiKanjeng.
Rutinan maulid semacam ini memang adalah sebuah usaha manusia untuk mengekspresikan cintanya kepada Nabiullah Muhammad SAW. Bila memang ada yang mengekspresikannya dengan tidak merayakan apa-apa, ya itu tak masalah juga. Ekspresi cinta tidak bisa dipaksakan. Tapi secara psikokogis, manusia butuh mengekspresikan geliat cinta dalam hatinya. Perihal ekspresinya apakah dengan riuh-rendah perayaan atau dengan diam-diaman tak ada perayaan, ya itu pilihan. Yang penting jangan memaksakan.
Dalam berbagai majlis Maiyah dan Sinau Bareng, kita sering membahas bahwa suatu kaum tidak akan kena adzab manakala Rosulullah SAW hadir di tengah kaum tersebut. Hadir tentu bukan selalu hadir secara fisik, sholawat itu juga salah satu lambaian rindu agar kanjeng Nabi hadir. Adzab juga mungkin bukan sekedar adzab berupa bencana alam, tapi bisa juga bencana sosial, bencana politik, bencana ekonomi dan berbagai adzab lainnya.
Berjalannya KiaiKanjeng, bisa kita lihat adalah sebuah ikhtiar, usaha melengkapi apa sesungguhnya yang kurang dari tradisi-tradisi sholawatan kita. Kenapa ramai yang sholawat namun bencana ekonomi dan politik tetap juga selalu menimpa bertubi-tubi? Tapi bukan saatnya sambat, yang kita perlu lakukan hanyalah berjuang karena disitulah kenikmatannya.
Selepas pukul 20.00 WIB KiaiKanjeng telah berada di panggung, menyapa para hadirin dan jamaah yang memenuhi lokasi acara. Jalanan di depan panggung padat, masjid dan bangunan depan panggung bahkan dipenuhi manusia-manusia cinta.
Setelah beberapa nomer dari KiaiKanjeng, diantaranya ada “Kuncine Lawang Swarga” maulidan kemudian dilanjutkan dengan mahalul qiyam. Semacam tradisi membacakan syair-syair sastra Arab berisi sholawatan dimana para seluruh yang hadir serentak berdiri. Berdiri seperti menyambut seseorang. Seorang kekasih? Ini tradisi yang cukup populer di kalangan pondok-pondok pesantren.
Malam ini Mas Helmi dari Redma berkolaborasi dengan Kiai Muzammil mengantarkan Sinau bareng. Dan karena ini adalah Sinau Bareng. Dimana kita semua saling mengisi, saling menjadi ruang dan menjadi cinta yang saling menyempurnakan satu sama lain.