Nyambung Paseduluran
Sinau Bareng Mbah Nun dan KiaiKanjeng pada hari ini (12 Juni 2019/8 Syawal 1440 H) bertempat di Dusun Pejalaran Timur, Desa Kendalrejo, Kec. Petarukan, Kab. Pemalang, Jawa Tengah.
Panggung terletak di sekitar Pasar Tambeng yang merupakan urat nadi perekonomian masyarakat sekitar. Desa Kendalrejo sendiri merupakan Desa paling timur di Kecamatan Petarukan yang terhubung langsung dengan Kali Comal.
Kali Comal bagi masyarakat sini mempunyai legenda dan sejarah yang unik, membujur dari selatan ke utara sampai muara pesisir laut Jawa. Jembatan Comal pernah ambles pada tahun 2014 yang mengakibatkan kemacetan lalu lintas Jalur Pantura hingga berbulan-bulan sehingga pengiriman pasokan barang dan angkutan jadi lumpuh.
Ibu, anak dan pemuda mulai mengambil tempat pada barisan terdepan ketika kru Kiai Kanjeng chek sound selepas Maghrib. Bagi masyarakat sekitar, pengajian CNKK dirasa unik dilihat dari tata panggung yang tidak tinggi, menyatu dengan jamaah, hingga peralatan musik yang beragam membuat penasaran pengunjung. Enam layar besar dan perlengkapan sound yang memadai dipersiapkan oleh panitia sebaik mungkin, karena posisi panggung yang terletak pada pertigaan sehingga jamaah bisa menghadap ke arah barat, selatan dan utara. Tidak ketinggalan Jamaah Maiyah dari Pemalang, Pekalongan, dan sekitarnya turut hadir sebelum acara dimulai. Bagi Jamaah Maiyah, kehadiran Mbah Nun dan KiaiKanjeng di daerah pesisir Pantura ini merupakan anugerah yang luar biasa.
Acara Sinau Bareng ini diselenggarakan oleh Ikatan Pemuda Perantau Pejalaran Timur (IP3T). Tema paseduluran cocok dipilih untuk kalangan pemuda dan masyarakat. Kata “sedulur” berasal dari Bahasa Jawa yang mampu mengakomodasi kata saudara/sederek (hubungan karena satu darah), maupun hubungan pertemanan dan komunitas. Jadi meskipun tidak ada hubungan darah sekalipun asalkan ikhlas berkumpul, bersama-sama meraih cita-cita luhur, bermanfaat bagi masyarakat, ummat dan tatanan sosial itulah makna paseduluran yang terus menerus dipupuk oleh pemuda IP3T.