Mengembalikan Akal Pada Hakiki Posisinya


Kita biasa mendengar istilah akal sehat dan frasa ini seakan-akan mengisyaratkan adanya akal yang tidak sehat. Pertanyaannya, benarkah ada akal yang tidak sehat? Jika tidak, berarti telah terjadi persepsi yang kurang tepat mengenai akal, dan mungkin telah berlangsung lama.
Urgen dan darurat kiranya buat mengembalikan akal pada posisi asalinya, sehingga Kenduri Cinta menjadikannya tema lewat tajuk: “Darurat Akal Tidak Sehat.”
Sejatinya, akal adalah perangkat lunak atau software yang dimiliki manusia. Sementara otak adalah perangkat keras dalam diri manusia. Dengan akal, manusia memiliki kemampuan untuk berpikir, merespons, mengeksplorasi, mendalami, menghayati segala informasi, peristiwa, fenomena, dan persoalan yang dihadapi.
Akal adalah sebuah anugerah dari Allah yang tidak ternilai. Sayangnya, acapkali terjadi kekeliruan dalam menggunakan akal, sehingga yang terjadi adalah kedangkalan berpikir dalam diri manusia.
Harapan Lahirnya Sesuatu yang Baru Bagi Zaman di Masa Depan
Alunan musik akustik dari Syifa dan Citra menemani jeda diskusi sesi mukaddimah. Mbah Nun duduk di samping panggung, menikmati suguhan teh hangat dan kudapan ringan yang tersaji, sembari menyimak lagu-lagu yang dimainkan.
Di sela-sela momen tersebut, Mbah Nun melayani beberapa jamaah yang meminta tanda tangan di buku karya Mbah Nun yang mereka bawa. Mungkin juga beberapa buku baru itu saja mereka beli di Warung Kenduri Cinta.
Mbah Nun hadir lebih awal dari biasanya, ketika diskusi sesi mukaddimah masih berlangsung. Dan alami saja, bahkan jamaah kebanyakan tidak menyadari Mbah Nun memasuki area Plaza Teater Besar Taman Ismail Marzuki. Jamaah pun menyambut bahagia dengan tepuk tangan meriah, mengungkapkan kerinduan akan kehadiran Sang Guru, Maulana Muhammad Ainun Nadjib.
“Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. I Love you All! Saya datang dengan cinta 100%. Saya datang dengan empati, simpati, dan seluruh yang dibutuhkan untuk sistem komunikasi yang terbaik untuk manusia, tetapi badan saya 100%-nya tidak seperti 100% kemarin-kemarin. Saya mohon maaf agak turun kadar 100%-nya,” demikian Beliau menyapa jamaah Kenduri Cinta.
Mbah Nun sedikit bercerita tentang sakit yang sedang beliau alami. “Saya kan pernah menyatakan bahwa saya ini bukannya sehat, tetapi saya hanya belum dikasih sakit oleh Allah. Dan Allah langsung membuktikan saya kemudian dikasih sakit. Habib Anis dari Pati mengatakan bahwa apa yang saya alami ini, lidah saya agak celat, seperti yang dialami oleh Nabi Zakaria AS karena akan diberi anak yang baru. Mudah-mudahan dari anak yang baru dari Maiyah ini akan muncul sesuatu yang penting untuk zaman dan masa depan bangsa kita semua. Aamiin ya robbal ‘alaamiin.”
“Saya sedang sedih dan sangat cemas, karena merasa mungkin saja Allah ini kurang menyayangi saya. Karena sejumlah doa-doa penting saya tidak dikabulkan, mungkin karena tidak memenuhi syarat untuk tidak dikabulkan oleh Allah, akhlak saya belum baik betul, ibadah saya belum mencukupi, hati saya belum dipenuhi oleh cinta kepada hamba-hamba-Nya, sehingga saya oleh Allah masih dikasih kritik yang sangat dahsyat, dan saya sedang bangun pelan-pelan, menggeliat-menggeliat,” demikian lebih lanjut Beliau mengungkapan sekaligus memberi alas bagi diskusi.
Akal Pasti Sehat
Semua jamaah diajak untuk pelan-pelan memasuki penjelajahan diskusi Kenduri Cinta melalui pijakan-pijakan yang mendasar. “Tidak ada akal yang tidak sehat, sebenarnya. Ini terpaksa saja (judul KC), karena akar epistemologi kita sangat rendah.”
Melalui pantikan-pantikan ringan dari Mbah Nun semisal pertanyaan tentang kata Syukur: apa terjemahannya dalam bahasa Indonesia? Dalam bahasa Jawa, kata syukur itu diungkapkan dengan kata apa? Mbah Nun mengatakan, tidak ada kata syukur dalam bahasa apapun kecuali hanya dalam bahasa Al-Qur`an. Karena, kata terima kasih tidak menjelaskan secara detail dan tepat mengenai syukur.
Kata terima kasih atau matur nuwun dalam bahasa Jawa membutuhkan objek kepada siapa kata terima kasih diberikan. Sementara kata syukur di dalam Al-Qur`an adalah kata yang berdiri sendiri, dan ternyata bahasa lain di dunia ini tidak ada yang mampu menerjemahkan kata syukur itu.

“Kalau akal itu pasti sehat, kalau tidak sehat bukan akal namanya,” lanjut Mbah Nun. Kenapa muncul istilah akal tidak sehat? Itu disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam struktur cara berpikir manusia.
Menurut Mbah Nun, akal adalah alat untuk berpikir. Berpikir adalah mengenali sesuatu, mempetakannya, menemukan sebab-akibatnya, menemukan relasi-relasinya antara sesuatu dengan sesuatu yang lainnya, kemudian merumuskannya dan menemukan padatan atau tajaman dari sesuatu yang dipahami itu supaya kita dapat menjalani kehidupan kita secara jelas.
***
Cuaca di Jakarta tadi malam cukup dingin memang, karena bulan-bulan ini sudah memasuki musim hujan. Beberapa hari terakhir juga turun hujan. Dan seperti biasa, pedagang kaki lima yang sering berjualan ketika Kenduri Cinta berlangsung pun turut merasakan keberkahan Maiyahan tadi malam.
Kopi hangat, teh hangat, susu jahe hangat yang dijajakan pun banyak dibeli oleh jamaah sebagai teman sinau bareng di Kenduri Cinta. Suasana keakraban yang sudah terjalin semakin erat dari bulan ke bulan. Antara jamaah pun demikian, ada yang saling membelikan minuman hangat, padahal baru bertemu di Kenduri Cinta kali ini.