CakNun.com

Memohon Doa Pertolongan di Sentonoarum Mentoro

Kamis malam Jumat, 2 Mei 2019, saya siap berangkat ke Mentoro. Motor baru saya nyalakan, turun hujan cukup deras. Tidak mungkin saya tidak berangkat ke Mentoro. Malam itu di Sentonoarum Mentoro akan berlangsung Amar Maiyah.

Saya kenakan “baju perang”; Bismillah menembus hujan yang semakin deras. Memuncak sangat-sangat deras usai melewati flyover Kec. Peterongan hingga ke arah utara. Tiba di Mentoro hujan belum reda.

Di Sentonoarum telah berkumpul beberapa teman Pahingan. Mereka jagongan bersama Lek Ham sambil menunggu kawan-kawan yang lain. Pukul 21.00 WIB hujan sudah reda, tinggal gerimis.

Lek Ham menyampaikan pengantar awal. Hujan telah reda. Malam itu angin malam di desa Mentoro terasa cukup segar. Seiring dengan suasana malam yang sepi, teman-teman mulai berdatangan. Saya pikir mereka datang dari sekitar Mentoro saja. Ternyata ada jamaah dari Lamongan, Pasuruan, Kediri dan Surabaya.

Saya kebagian menyampaikan pengantar Amar Maiyah. Dengan mengirim salam hormat dan ta’dzim kepada Marja’ Maiyah, saya baca Amar Maiyah yang ditulis Mbah Nun.

Lek Ham mengajak teman-teman membaca astaghfirullah rabbal baraya, untuk mengawali Doa Tahlukah dan Hizb Nashr. Disambung dengan bacaan surat Al-Fatihah untuk Kanjeng Nabi Muhammad, para auliya kekasih Allah, Marja’ Maiyah, dan semua jamaah Maiyah. Doa Tahlukah dibaca bergantian, sedangkan teman-teman yang lain bersama-sama mewiridkan laa ilaahaillah muhammadurrasulullah.

Malam sehabis hujan, di desa Mentoro yang sunyi, suasana hati merunduk iba di hadapan Allah, memohon syafaat Rasulullah.

Doa Hizb Nashr pun dibaca, memohon ketetapan Allah untuk dhalimun dan madhlumin, seraya berlindung dari para mutakabbir yang tidak beriman kepada Yaum Al-Hisab. Sebagaimana doa munajat Nabi Musa: innii ‘udztu birabbii wa rabbikum min kulli mutakabbirin laa yu’minu biyaumil hisab.

Usai doa Hizb Nashr, teman-teman membaca Ayat Kursi dan mengulangi: wa laa yauuduhuu hifdhuhumaa, sembilan kali. Disambung dengan shalawat Mahallul Qiyam. Terakhir, doa innamaa amruhuu, doa yang selalu dibaca di akhir acara Maiyah memungkasi Amar Maiyah malam itu.

Mentoro, 2 Mei 2019

Lainnya

Memetakan yang Esensial dan yang Kontinjensi

Memetakan yang Esensial dan yang Kontinjensi

Berangkat dari pesan Mbah Nun di Padhangmbulan edisi Oktober lalu, bahwa ke depan kita diminta mengusahakan mewiridkan Hasbunallah sebanyak-banyaknya, karena menurut Mbah Nun kita ke depan akan menemui kejutan-kejutan, Majelis Bangbang Wetan edisi November (21/11) mengusung tema “Hujan Deras Hasbunallah” untuk keberangkatan kita Sinau Bareng memetakan permasalahan yang kita hadapi, beserta pertolongan Allah di setiap permasalahan hidup kita yang selama ini kita alami dan sadari.

Ma Arioi 21 Tahun Papperandang Ate

Ma Arioi 21 Tahun Papperandang Ate

Sebagai puncak dari perjalanan Letto, Kyai Muzammil dan Koordinator Simpul di Mandar adalah Maiyahan Papperandang Ate yang di bulan Februari 2019 ini tepat berusia 21 tahun.