Membuka Pintu Kegembiraan Agar Berilmu
“Kalau orang gembira, ‘pori-porinya’ terbuka. Hidayah Allah gampang masuk ke hatinya. Maka kuncinya malam ini adalah gembira,” ungkap Mbah Nun. Ditambahkan oleh Mbah Nun bahwa kegembiraan kita bukan sembarang gembira, melainkan kegembiraan yang juga menggembirakan hati Allah dan Rasulullah. “Kita gembira agar kita berilmu” dan dengan kalimat tersebut Mbah Nun pun memulakan iftitah malam hari ini.
***
Tanah lapang di Dusun Bercak, Jogotirto, Berbah, Sleman sangat ramai, semarak dan meriah. Ragam warna dari jajanan hingga wahana permainan anak-anak. Malam ini tanggal 27 Juni 2019 Sinau Bareng bersama Mbah Nun dan KiaiKanjeng digelar atas inisiatif Pondok Pesantren Al-Ikhlas dalam rangka pembukaan Madrasah Aliyah Al-Ikhlas. Pesantren yang berdiri secara resmi pada tahun 2002 ini tampaknya sangat progresif dan cukup visioner, harapan akan berdirinya madrasah aliyah juga masih diikuti dengan kelak akan membangun madrasah ibtidaiyah. Ada energi optimisme di sini dan terbangun bersama kegembiraan. Lapangan ini sendiri tampak terawat dan rapi sampai-sampai akan sayang rasanya kalau rumput yang terawat ini dirusak oleh roda kendaraan. Bersih dan menyenangkan.
Pak Nevi sebelum acara dimulai masih sempat momong putu, sangat ceria dan sumringah menyaksikan cucu beliau bermain di wahana yang karibnya kita sebut odong-odong. Mas Doni dan Mas Patub menyempatkan berjalan-jalan mencari jajanan sehat, Pak Ari Blotohong hunting foto di sekitar lokasi sementara mas Arul yang sudah selesai menyiapkan perangkat perekaman bertualang menemukan tahu petis Jawa Timuran yang langka ditemukan dalam tingkat peradaban kuliner Yogyakarta.
“Mungkin seperti ini gambaran orang yang bergembira di dunia dan akhirat,” kata Bapak Prof Dr Usman Abu Bakar MA selaku Ketua Yayasan Al-Ikhlas dalam sambutan beliau.
Pranatocoro memanggil Mbah Nun dengan sapaan yang mesra dan ta’dhim “Romo Kiai Emha Ainun Najib” menggambarkan sosok Mbah Nun dipandang sebagai sesepuh yang sangat dicintai dan dirindukan petuah-petuahnya. Walaupun kita tahu, Mbah Nun sendiri sering memosisikan diri bukan sebagai penutur wacana tetap sebagai kawan perjalanan yang membimbing pengembaraan. Malam ini, Bu Yati Pesek yang tenar sebagai seniman humor dan tradisi juga hadir turut ingin merasakan kegembiraan di majelis Maiyah.
Dalam Sinau Bareng kita mengembara seperti Mas Doni dan Mas Patub yang menjelajahi jajanan, mencari jepretan keindahan seperti Pak Blotong dan seperti Pak Nevi ini juga adalah bentuk momong generasi. Menemani dengan kemesraan, tawa dan kegembiraan. Ngaji, menemukan presisi ajian kebahagiaan.
Mbah Nun dipersilahkan untuk memotong tumpeng yang secara simbolik memulakan pembukaan Madrasah Aliyah Al-Ikhlas sementara profil Pondok Pesantren Al-Ikhlas ditayangkan dalam layar proyektor yang bersebaran di berbagai titik seantero tanah lapang. Ini adalah titik ke-4078 Sinau Bareng dan Maiyah terus berjalan di lingkar negeri Nusantara. (MZ Fadil)