Belajar Kepada Monyet, Refleksi Diri, Hingga Tadabbur Al-Kafirun
Momentum hujan yang turun kemudian dimanfaatkan Cak Nun untuk menggelar diskusi interaktif selanjutnya. Cak Nun meminta perwakilan dari jamaah yang bukan muslim untuk bergabung di panggung, berdiskusi bersama. Cak Nun juga meminta Fahmi untuk terlibat. Pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan oleh Cak Nun, menjadi simulasi yang sangat sederhana namun memiliki makna yang sangat mendalam.
Pantikan pertanyaan yang sebenarnya Cak Nun hendak menyampaikan pesan bahwa kualitas muslim atau kafirnya seseorang sama sekali bukan hak prerogatif manusia. Yang seharusnya dilakukan oleh manusia adalah refleksi ke dalam dirinya, untuk meneguhkan keimanannya. Kadar muslim atau kafir seseorang hanya bisa ditakar oleh dirinya sendiri, dan legitimasi lulus atau tidaknya sebagai seorang muslim hanya bisa ditentukan oleh Allah Swt.
Cak Nun mentadabburi surat Al-Kafiruun. Menurut Cak Nun, surat Al-Kafiruun itu adalah sebuah pernyataan yang hanya boleh diungkapkan dalam diri, bukan pernyataan yang harus diungkapkan secara publik. Mungkin suatu hari kita bertemu dengan orang kafir menurut klasifikasi berdasarkan informasi yang kita ketahui, namun karena kita memiliki sopan santun, memiliki tradisi dan budaya, kita memiliki rasa dalam hati nurani kita, kita mendayagunakan akal dan pikiran kita, maka kita tidak tega untuk mengatakan bahwa dia adalah orang kafir.
Salah satu hal yang juga hilang dari peradaban manusia hari ini adalah rasa tidak tega. Betapa banyak orang yang dengan perasaan tenang, bahkan gembira dan bangga ketika mengatakan orang lain kafir, sesat, musyrik dan seterusnya. Seolah-olah ia begitu gembira menyatakan orang lain masuk neraka dan dia sangat bangga karena seolah-olah dia sudah pasti masuk surga. Sudah hilang kepekaan dalam diri tentang sopan santun, toleransi, tasammuh, hilang sisi kemanusiaannya, sehingga tidak pernah terpikirkan bahwa ketika mengatakan orang lain adalah orang kafir itu memiliki dampak menyakiti hati orang yang ia sebut kafir.
Meskipun secara fakta mungkin dia adalah orang kafir, kita seharusnya lebih mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan. Maka tadabbur surat Al-Kafiruun disampaikan oleh Cak Nun bahwa pesan itu tersirat untuk disampaikan dalam hati kita masing-masing.
Memuncaki Kenduri Cinta edisi Februari ini, Cak Nun mengajak seluruh jamaah untuk memejamkan mata, kemudian mengucapkan dalam hati masing-masing terkait hajatnya masing-masing.