Reformasi dan “Mei-sasi” Bangsa Indonesia
Lalu mengapa Reformasi seolah-olah malah semakin menjauhkan anak-anaknya dari ibu pertiwi? Apalagi memasuki usia Reformasi yang ke-20. Dan kemarin kita dikejutkan dengan bom beruntun di 3 gereja di Surabaya, yang saya yakin semakin menyakiti hati nurani ibu pertiwi. Maka tak ada pilihan lain bahwa tahun ini bangsa Indonesia wajib ‘ain hukumnya, termasuk para senopati, seluruh punggawa, abdi dhalem, dan segenap kawulo alit-nya untuk melakukan refleksi dan muhasabah.
Usia 20 tahun tidak lagi layak disebut ABG galau yang mudah ikut arus. Juga hobi makan mentah-mentah dan share informasi hoax. Serta rajin macak kaya, bergaya ngartis, dan memelihara kebiasaan pencitraan sok alim agar tetap eksis. Termasuk banyak followers sekadar untuk senantiasa kecipratan jatah proyek dari sana-sini.
Reformasi yang sepaket dengan Peristiwa Mei 1998 adalah persalinan yang harus melalui operasi Caesar. Lewat pertumpahan darah bahkan pertaruhan nyawa. Meskipun seluruh anak reformasi tetap patut bersyukur bahwa ibu pertiwi tak sampai wafat atau sekarat layaknya saudara dekatnya Syria, Irak, atau Libya. Namun yang pasti, ia hampir saja meninggal sesaat setelah proses persalinan. Bahkan salah satu organ kecil di sebelah rahimnya terpaksa diamputasi. Diikuti pendarahan hebat dan berulang-ulang di beberapa organ vitalnya. Sebagai anak muda demokrasi, reformasi harus terus mematangkan dirinya karena masa balita dan kanak-kanaknya yang pethakilan sudah cukup membuat kaki dan lengannya tatu dan penuh bekas luka oleh ulahnyanya sendiri.
Dari sini, jika kita tarik garis sejarah lebih jauh ke belakang, Peristiwa 1998 sebenarnya hanyalah luka kecil yang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan penderitaan ibu pertiwi selama 3,5 abad lamanya. Karena ia tidak hanya dipisahkan dari suami sah yang sangat dicintainya, tetapi juga diperkosa sekaligus diberi pil KB agar tak sampai hamil dan lahir anak-anak dari rahimnya yang kelak bisa melawan si pemerkosa. Harta bendanya juga dikuras habis dan dibawa kabur oleh kompeni VOC. Sampai menjadi perusahaan multinasional pertama di dunia yang berkantor pusat di Amsterdam yang asetnya tak terdandingi sepanjang sejarah tijaroh dunia. Dan tak akan habis selama 7 kali 7 turunan. Istana megah dan peradaban modern yang mereka bangun berasal dari pengorbanan ibu pertiwi yang kadar penderitaannya tak terdandingi di muka bumi. Dan ia harus rela melihat cucu-cucunya masih miskin hingga saat ini.
Lepas dari VOC dan sempat dibelenggu perampok lain bernama Nippon beberapa tahun. Dan karena di akhir-akhir periode itu pil KB yang biasa diberikan secara paksa oleh Kompeni sudah tak ia minum lagi, ia pun hamil dan melahirkan anak pertama bernama Indonesia. Karena sang anak sendiri tidak tahu persis siapa bapak biologisnya yang sebenarnya, ia kemudian memberi nama tambahan sendiri dengan sebutan Orde Lama.
Di masanya, si anak tunggal ini sangat menyayangi ibu pertiwikarena ia sangat merasakan bagaimana perihnya penderitaan ibunya. Sejak kecil, anak yatim ini memang tak gemar berdagang atau mengumpulkan harta karena keinginan terbesarnya adalah membuat ibunya bisa tersenyum kembali dan hidup lebih bahagia tanpa diganggu orang asing lagi.
Sikapnya sangat keras dengan pemuda-pemuda asing yang terus merayu ibunya, termasuk paman-pamannya sendiri yang sering sekali iseng mengganggu dan menggoda ibunya, karena memang tak seorang lelakipun yang tak mungkin tergoda dengan kemolekan dan kekayaan yang dimiliki ibu pertiwi. Sampai-sampai, ia punya sumpah serapah yang sangat terkenal untuk melindungi ibu pertiwi dari para lelaki asing hidung belang itu dengan teriakan lantang: ganyang Malaysia, Inggris kita linggis, Amerika kita seterika. Karena ia tahu persis dengan muslihat busuk dan persekongkolan para paman itu yang ingin sekali mendapatkan ibu pertiwi.
Di antara para paman itu, ada seorang paman yang memang terkenal licik, kemaruk, dan memiliki badan paling kekar dan kuat. Bernama Paman Sam. Sejak lama sekali, bahkan sejak jaman VOC, Paman Sam sudah naksir berat untuk meminang ibu pertiwi. Sehingga diam-diam ia merencanakan dan mendesain sebuah skenario yang sangat rapi, agar selepas VOC pergi, dialah yang berhak menguasai bumi pertiwi. Sayangnya, si anak bandel Orde Lama menjadi ganjalan dan lebih suka berkompromi dengan Pakdhe dan sahabat-sahabat karibnya yang sama-sama tidak hobi berdagang atau berbisnis senjata.