CakNun.com
Daur-II111

Eksplorasi Manfaat

Emha Ainun Nadjib
Dibaca < 1

Ternyata Markesot menjadi berkecil hati juga. Sejak itu ia agak banyak diam dan menulis catatan-catatan.

“Wahai Baginda Muhammad, karena aku ini orang kebanyakan, dan tergolong bukan orang khusus, bukan Ulama, melainkan sembarang orang – maka aku jadi merasa bersalah dan kotor untuk berdekatan dengan Al-Qur`an. Tolonglah aku, wahai Rasulullah, sebab hatiku tak kan tahan untuk berjauhan dengan Al-Qur`an. Sebab tanpa Al-Qur`an, tak ada di depanku jembatan cinta kepada Allah dan kepadamu.”

“Hatiku tak tahan. Mentalku rapuh. Dan jiwaku kosong jika tak ada Al-Qur`an padaku, pada setiap langkah, di siang dan malamku, di senang dan sedihku, di gembira dan deritaku. Bolehkah aku tetap berada sedekat mungkin dengan Al-Qur`an, untuk memelihara cintaku kepadanya serta takjubku kepada Maha Penciptanya.”

“Kalau memang syaratnya adalah pikiranku tidak boleh bekerja sembarangan, agar aku tidak tergelincir-gelincir untuk menafsirkan Al-Qur`an dengan pendapatku sendiri, baiklah kucoba untuk meredam kerja akalku. Asalkan aku boleh menyayangi Al-Qur`an, membaca-bacanya, melagukannya, mendendangkannya, merengeng-rengengkannya untuk memperkuat jiwaku dalam menjalani perjuangan hidup.”

“Tapi mana mungkin seseorang hanya membaca Al-Qur`an dengan bibirnya, tanpa hati dan pikirannya ikut terlibat. Sengaja atau tak sengaja, meniati atau tidak, hati langsung bergetar dan akal langsung bekerja. Umpamanya terbaca “Alif Lam Mim[1] (Al-Baqarah, Luqman, As-Sajdah), mungkinkah yang terjadi hanya telingaku mendengar suara mulutku? Tanpa perasaan dan pikiran tersentuh dan tergerak olehnya? Kalau atas setiap titik makna Al-Qur`an semua Ulama mengatakan “hanya Allah yang maha mengetahui arti dan maksudnya”: bolehkah aku mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan manfaat baiknya untuk hidupku? Meskipun takkan pernah kutahu apa makna tiga huruf itu sesungguhnya?

Lainnya

Berat Hatiku Kepada Indonesia

Berat Hatiku Kepada Indonesia

Saya tidak berkeberatan dan tidak kecil hati melihat Indonesia dengan pemerintahnya, kaum intelektualnya, lembaga-lembaga penyangganya, para stakeholders-nya, semakin ke sini, semakin ke era-era mutakhir, semakin bergerak ke ujung waktu, semakin meremehkan Islam.

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib
Capcay Syukur Ala Evan Dimas

Capcay Syukur Ala Evan Dimas

Saya menyaksikan dalam pertemuan itu, Evan lebih banyak menceritakan perjalanan spiritualnya, dan bukan tentang sepakbola seperti yang saya duga sebelumnya.

Helmi Mustofa
Helmi Mustofa
Emha Ainun NadjibEmha Ainun Nadjib

Peta Dusta

Dibaca 3 menit
Peta Dusta
Emha Ainun NadjibEmha Ainun Nadjib

Doa Lokal

Dibaca 2 menit
Doa Lokal

Topik