CakNun.com
Catatan Sinau Bareng Harlah LP Nurul Islam, Pongangan Manyar Gresik 8 Desember 2016

Perlu Perjanjian Antara Sekolah dengan Orangtua Disaksikan Polisi Dan Lain-Lain

Sekarang Cak Nun segera memberikan pijakan dalam membahas dilema yang dialami guru di masa kini. Sebelumnya ketua yayasan Nurul Islam telah mengantarkan bahwa banyak ganjalan apakah itu kaitannya dengan sikap-sikap LSM ataukah HAM yakni gampangnya guru dikenakan pasal di mana ada tuduhan kekerasan dan lain-lain. Ia menyampaikan semua elemen diundang malam ini supaya bisa rembug bersama, serta goal-nya agar guru tidak terbelenggu dan para orangtua atau wali murid bisa melihat dengan jernih.

Foto: Adin.

Bagi Cak Nun apa yang sedang dialami para guru ini tidak lepas dari urusan peradaban kontinuasi dan  adopsi. Pendidikan yang berlangsung sekarang tidak meneruskan yang dulu-dulu dari nenek moyang. Yang masih paling kontinu adalah madrasah dan pondok pesantren, dan itu berbeda bahkan bertentangan dengan mainstream Barat. Salah satu bedanya, dulu tirakat, prihatin, puasa, dan mengurangi tidur adalah bagian dari pendidikan. Sekarang ini, prihatin itu tidak dilirik bahkan mungkin dianggap nutrisi rendah. Puasa sendiri oleh dunia ilmu pengetahuan Barat belum cukup lama dianggap baik.

“Orang-orang tua dahulu seperti itu. Coba kalian cari alasannya. Kemudian lihat bagaimana keadaannya. Pendidikan kok demokrasi. Saya sendiri terbiasa disiplin sebelum diminta disiplin. Untuk para guru sekarang, prinsipnya ada strategi dalam men-treatment anak-anak. Pertama, secara ‘militer’, kedua dengan strategi dan ilmu, dan ketiga dengan ilmu pawang atau mateg aji. Secara militer tentu sudah tidak mungkin. Maka para guru perlu mengembangkan cara-cara baru yang tidak melanggar batas yang dianggap kekerasan. Selain itu, para guru perlu melatih dan mengembangkan kewibawaan diri supaya tidak perlu memukul atau apapun tetapi anak atau murid bisa disiplin atau mengikuti pesan guru,” pesan Cak Nun.

Foto: Adin.

Cak Nun sendiri juga heran dengan definisi kekerasan yaitu nyenggol badan orang lain, seperti yang pernah dilihatnya diterapkan di beberapa negara Timur Tengah. Definisi ini kurang memuat kadar-kadar kekerasan pada tindakan yang selama ini tidak dimasukkan dalam kekerasan, atau mungkin ada istilah lainnya. Meludahi orang atau menghina ibu kita, kadar kekerasannya lebih tinggi dibanding memukul orang, walaupun itu tetap tindakan yang tak boleh dilakukan.

Untuk para stakeholder pendidikan yayasan Nurul Islam, Cak Nun menyarankan agar dibuat kesepakatan atau perjanjian dengan para orangtua atau wali murid yang disaksikan oleh LSM, Kepolisian, Dandim, dan pemuka masyarakat lain yang tentu saja isinya dirundingkan terlebih dahulu untuk kemudian disepakati. Kriteria-kriterianya ditentukan dengan jelas dan disepakati. Dan dipastikan contoh-contoh kasus yang pernah dilaporkan ke polisi tidak akan dilakukan, sehingga tetap ada pembangunan kedisiplinan tanpa harus melanggar batas yang telah disepakati.

Foto: Adin.

Kemudian para orangtua khususnya diingatkan oleh Cak Nun bahwa pendidikan anak itu pada dasarnya oleh orangtua, sedangkan sekolah atau guru adalah asisten. Dalam konteks sekarang ini, diperlukan keseimbangan diri antara mengalahkan orangtua atau guru. Ada orangtua yang memang gampang menyalahkan guru tanpa mencurigai anaknya. Karenanya, perlu dipastikan terlebih dahulu apakah memang anaknya melakukan kesalahan atau tidak.

Itulah beberapa pandangan dasar disumbangkan Cak Nun terhadap tema yang diusung oleh yayasan Nurul Islam. Pandangan-pandangan ini juga berangkat dari pengalaman langsung beliau dalam menemani dan mengawal proses pendidikan anaknya secara langsung dan dekat baik di rumah maupun sekolah. Setelah menyampaikan pokok-pokok pandangan ini, dan semua hadirin menyimak dengan baik termasuk bapak-bapak di atas panggung, Cak Nun meminta Doni yang sudah pulih dari sakit untuk hadirkan One More Night Maroon 5 dan berkolaborasi dengan Mas Jijid. Setelah pikiran berkonsentrasi, kini giliran hati diisi dengan kegembiraan. (hm/adn)

Lainnya