CakNun.com
Catatan Ngaji Bareng Haul Akbar, Gentingsari Temanggung 27 Oktober 2016

Panggung Dari Kayu, Bambu, dan Pohon Pisang

Menjelang pukul empat sore rombongan KiaiKanjeng tiba di dusun Losari Gentingsari Bansari Temanggung yang berada di lereng Gunung Sindoro. Hawa dingin menyelimuti. Mobil turun tepat di belakang panggung yang berdiri di jalan dusun yang menanjak posisinya. Lebar jalan pun hanya sekitar tujuh meter.

Foto: Adin.
Foto: Adin.

Yang tampak beda dari biasanyanya adalah panggung dari belakang. Panggung bukan rigging, tetapi tersusun atau terbuat dari kayu dan bambu-bambu. Bahkan penyangganya adalah batang-batang pohon pisang. Karena cuaca, untuk merakit dan menyiapkan panggung ini, panitia tak cukup waktu sehari dua hari, melainkan tiga hari. Di depan panggung, papan-papan kayu digelar dengan penyangga di bawahnya sampai bisa sejajar dengan jalan. Area ini merupakan tempat jamaah nanti mengikuti acara.

Tiba di lokasi, KiaiKanjeng segera masuk ke panggung dari arah belakang yang sudah disiapkan tangga dan pintu untuk naik dari belakang. Sejak dari Parakan panitia sudah menjemput KiaiKanjeng untuk mengawalnya masuk ke arah dusun ini, melewati kawasan perkampungan dan persawahan dengan jalan yang rata-rata tidak terlalu luas sehingga harus hati-hati bila berpapasan dengan mobil dari arah berlawanan.

Foto: Adin.
Foto: Adin.

Menuju dusun ini, tampak Gunung Sindoro yang bersebalahan dengan Gunung Sumbing. Alam penunungan terasa sangat sejuk. Dan tidak seperti di kota, di mana adzan Ashar pada pukul 2.40, di sini adzan Ashar tadi berkumandang pada pukul 04.05 saat orang-orang sudah selesai dari sawah atau kebun. (hm/adn)

Lainnya

Berfikir Jernih Agar Tidak Menjadi Dholuman Jahula

Berfikir Jernih Agar Tidak Menjadi Dholuman Jahula

“Tidak hanya dholim tetapi dholum, tidak hanya jahil melainkan jahul”, Cak Fuad sedikit menjelaskan mengapa tema “Dholuman Jahula” diangkat menjadi tema Padhangmbulan kali ini.