CakNun.com

Tetes

Sorga Sudah Sangat Dekat

Sorga Sudah Sangat Dekat

Tengah malam aku ditimbali
Diculik ke tempat tersembunyi
Sebagaimana demikian setiap kali
Ruang waktu yang tak kumengerti

Sang Paduka membisikkan
Bahwa sorga sudah sangat dekat
Tapi akhirat masih lama
Jangan pandang dengan matematika

“Kalau memang perjalananmu
Adalah menempuh rindu dan derita
Siangkan malammu, malamkan siangmu
Agar Kuperkenankan jadi manusia berikutnya”

Idulfithri 1439-H

Berdiri di Pojokan

Berdiri di Pojokan

Rumah agung alam semesta
Allah pemilik dan maha tuan rumahnya
Aku penjaga pintu luar jauh di depan
Mempersilakan makhluk siapa saja
Tak perduli jin atau setan
Demi memenuhi kewajiban pengabdian
Serta hak perubahan dan pertobatan
Allah suruh aku tinggal di sebuah kamar
Sepetak ruang remang-remang
Yang harus kurahasiakan
Untuk mengawasiku Tuhan taruh utusan
Berdiri di pojokan
Sepanjang zaman
Aku duduk di kursi kewaspadaan
Menghadap meja kehati-hatian
Ranjangku ketidaklenaan
Tapi belum pernah kugeletakkan badan
Sebab jasadku tak pernah beranjak
Dari tugas menjaga pintu depan
Tamu-tamuku sendiri yang datang
Kutemui di tepi jalan
Yang mau berkunjung ke bilikku
Tak kan pernah kuizinkan
Sebab mustahil siapapun bisa tahan
Ditimpa tatapan wajah utusan Tuhan
Yang menjaga dan mengawasi
Dari pojokan ruang
Sepanjang kurun dan zaman

Idulfithri 1439-H

Ke Pusat Kehampaan Semesta

Ke Pusat Kehampaan Semesta

Mungkin sekarang agak tahu aku
Kenapa Engkau tekan-tekankan padaku
Hal kesabaran itu
Kau cekokkan ke tenggorokanku
Kebuasan hidup makhluk-makhluk itu
Kau campakkan hingga ketelingsut hidupku
Di tumpukan sampah-sampah dan ludah busuk
Zaman yang memuakkan
Peradaban yang menjijikkan
Karya para ahsani taqwim
Yang meng-asfala-safilin-kan diri mereka sendiri
Kesabaran berapa Nabi
Keikhlasan berapa Rasul
Yang mesti kuhimpun dalam sesak jiwa
Agar aku sanggup tidak memuntahkannya
Agar aku tahan untuk tidak meludahkannya
Serta membuangnya ke black-hole
Di pusat kehampaan semesta

Idulfithri 1439-H

Tujuh Abad Lamanya

Tujuh Abad Lamanya

Terbanglah tinggi
Ambil jarak kekudusan
Agar kau tatap bumi
Dengan pandangan sejati

Bumi tak pernah beristirahat
Tapi penghuninya terlalu banyak tidur
Tak seperseribu detik pun bumi pernah tak beredar
Manusianya merasa bertempat tinggal

Kapan waktu berhenti
Pun tatkala mati
Seperseribu sekon yang kapan
Yang pernah kau tinggali

Sudah tujuh abad lamanya
Manusia melompati pagar semesta
Ia pikir ada luar atau dalam ruang dan waktu
Yang ia tidak dipergoki oleh amr-Nya

Idulfithri 1439-H