CakNun.com

Reportase Kenduri Cinta Maret 2013: Asongan Akherat

Kenduri Cinta Maret 2013
Kenduri Cinta Maret 2013

Pada Jumat kedua bulan Maret, kembali terselenggara forum diskusi bulanan Kenduri Cinta di pelataran parkir sebelah timur Taman Ismail Marzuki. Dua puluh tujuh menit lepas dari pukul sembilan malam, dibacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Setelah itu, beberapa sesepuh Kenduri Cinta memaparkan poin-poin awalan untuk mengantarkan jalannya diskusi.

Mas Rusdi menyoroti adanya perbedaan di antara kreativitas dan inovasi. Yang tumbuh di masyarakat, dari kata ‘kreatif’ bisa memproduk ‘reaktif’. Produk orang-orang kreatif pasti jahil. Rata-rata hanya meniru dan mengembangkan hal-hal yang sudah ada. Kejahilan itu contohnya mewujud pada kegiatan mengubah foto dari yang tidak begitu cantik menjadi cantik.

Kita sering lupa akan pengembangan yang inovatif. Penemuan-penemuan sudah jarang kita lakukan. Begitu pula dengan para pendakwah yang tidak pernah maju ke dalam inovasi atau pemikiran-pemikiran baru (ijtihad).

“Kita sudah banyak ditipu. Banyak sekali ilmu-ilmu Barat yang kita kagumi, sebenarnya berasal dari kita sendiri, dari Jawa. Di dalam perpustakaan Leiden anyak buku-buku kuno yang bersumber dari tanah Jawa, yang lalu diolah sedemikian rupa menjadi kata-kata baru yang seolah berasal dari sana. Ini berkaitan dengan tema kita bulan lalu, yakni tentang decoding.”

“Judul kita kali ini memang kelihatannya sederhana,” sambung Mas Adi, “Tapi tafsirnya sangat sulit sekali karena memang kebiasaan kita mencari judul dulu baru bikin tafsir. ‘Asongan akherat’ ini kalau ditafsirkan ada penafsiran positif dan penafsiran negatif. Dari sisi yang laing sederhana, sebatas yang kita tahu, pedagang asongan berjualan tanpa target. Walaupun tetap mengharapkan hasil, tapi berbeda kelasnya dengan agen atau supplier.”

Sisi positif dari menjalankan aktivitas tidak bertarget adalah kita melakukan hal-hal yang berhubungan dengan akherat – baik itu berupa ibadah mahdloh maupun muamalah – tanpa target yang muluk-muluk.Kita tidak melakukan sholat atau puasa dengan harapan pahala sekian kali lipat, atau mendapat surga.Kita tak punya target kecuali untuk mencari keridhoan Allah.

Sisi negatifnya adalah adalah kita mengasong nilai-nilai akherat. Ini yang agak rumit ketika kita memperdagangkan nilai-nilai akherat, baik berupa ibadah ritual maupun yang lain. Kalau kita asongkan, pembelinya ini siapa? Tuhan?

“Di KC ini harapannya hal-hal yang berhubungan dengan tafsir bisa dikembangkan dan diwacanakan.”

“Judul kita kali ini sangat tasawuf, karena sudah menyebut kata ‘akherat’. Filosofi asongan adalah menjajakan barang-barang yang kita butuhkan sehari-hari. Satu hari saya naik kereta ke Cirebon, dan menemukan bahwa di stasiun sudah tidak ada lagi pedagang asongan, dan kita merasakan kehilangan manfaat mereka,” ujar Mas Baim.

“Secara ekonomi kita tak pernah mengkalkulasikan rejeki secara dunia. Kalau kita ditipu, kasihan penipunya.Dalam hitungan akherat, justru kita yang diuntungkan oleh Tuhan dengan sangat banyak. Kita punya pembesaran hati dan kepercayaan atas hitungan-hitungan akherat.”

“Dukun, misalnya, ngasih garam atau air. Nilainya bukan pada praktek saat dia ngasih garam, tapi dia mau melakukan itu tanpa ada unsur kepentingan pribadi. Kita telah melakukan asongan akherat.”

Mas Pepeng, seorang seniman jalanan, mengajak jamaah untuk lebih mempelajari diri sendiri, untuk mengenal realita.

“Saya hidup di jalanan, tak pernah dididik agama yang resmi. Kadang masuk gereja, kadang masuk masjid.Ada kegelisahan kenapa kita mesti beragama.Saya cari dalam diri saya.Salah satu inovasi saya adalah menyembah pohon. Itu simbol saya. Bagi saya tak ada benda mati.”

Mas Abil, seorang guru di SLB Kuntum Mekar Cengkareng, membagi pengalamannya selama mengajar, “Butuh kesabaran sangat kuat untuk mengajar di SLB. Di sana banyak gangguan atau penyakitnya. Ada yang tunarungu, tunawicara, tunagrahita, autis. Saya pernah mengajar di kelas yang cacatnya ganda, selalu menggeratak. Di situ diuji kesabaran kita sampai di mana.”

Kenduri Cinta Maret 2013
Kenduri Cinta Maret 2013

“Bekal untuk ke akherat adalah ibadah. Pendidikan termasuk juga sebagai ibadah.”

Untuk me-refresh pikiran, tampil di panggung ada Mas Farid yang membawakan lagu ayahnya, Mbah Surip.Juga tampil Es Coret, dan lalu disambung dengan Mas Beben beserta istri, Inna Kamarie.

“Kemarin saya sudah pemanasan tiga hari di Java Jazz. Sekarang di Kenduri Cinta ini acara intinya,” ujar Mas Beben, “Asongan cuma punya modal sedikit; beberapa dari mereka sukses juga. Paling tidak yang laris adalah yang paling kreatif. Kadang ada manusia yang merasa bisa melakukan macam-macam, padahal semua modal berasal dari Yang Di Atas. Di dunia musik pun seperti itu. Ada yang bisa main gitar saja tanpa bisa bikin lagu. Yang paling sukses dalam musik adalah mereka yang paling sensitif. Antonio Carlos Jobim, lihat orang nyetem gitar, tercipta lagu One Note Samba. Melihat perempuan dari jauh, tercipta The Girl from Ipanema.”

“Untuk sukses di dunia musik, harus sensitif, kreatif, dan berilmu. Jadikan belajar sebagai lifestyle. Semua harus belajar sampai mati.”

Malam ini pertama kalinya Inna Kamarie datang dan perform dengan berhijab.

“Persiapannya setahun. Semoga sampai mati nanti tidak saya lepas. Saya mohon doanya ya.”

“Semakin saya lawan, semakin saya tidak tentram. Uang tidak selamanya bikin damai kok. Saya memutuskan ini pada suatu pagi, ketika keluar dari kamar mandi. Saya minta doanya, jujur, ini berat banget, berhubungan dengan karier juga. Sudah sebulan sejak mulai berhijab ini saya cancel semua job-job saya. Sebulan ini saya jobless. Tapi entah kenapa, saya merasa damai.”

Mas Beben dan kawan-kawan membawakan lagu Prahara Cinta, Autumn Leaves, dan Kompor Meleduk.

Lainnya

Wirid Cinta dan Rasa Rindu di Pathok Negara

Wirid Cinta dan Rasa Rindu di Pathok Negara

Usai Sholat subuh berjamaah Mbah Nun memberikan beberapa hikmah, “Kalau Adam itu Khalifatullah, Anda ini apa?.” Maka pancingan pertama dari pertanyaan ini adalah agar kita mampu menemukan peran apa yang bisa kita optimalkan dalam kehidupan kita.